Ia menjadi anak yang lesu, tidak bersemangat bermain bola, bahkan sampai putus sekolah. Beruntung sang ibu perlahan-lahan memberikan motivasi kepadanya hingga anak bungsu itu mampu berdamai dengan keadaan. Ia kembali memulai latihan sepak bola di akademi Reaal Dronten.
|Baca Juga: Ditawari 3,26 Triliun Oleh Klub Arab Saudi, Ronaldo Akan Jadi Pemain Sepak Bola Termahal di Dunia
3) Anak Mama
Sepeninggal sang suami, ibu Ziyech banting tulang untuk menghidupi kedelapan anak-anaknya. Sedangkan Ziyech mulai mencoba membangun karir di dunia sepak bola.
Ia menjadi sosok penyayang keluarga, terutama ibunya. Maka tak heran, ia mendedikasikan banyak gelar yang ia terima untuk ibunda tercinta.
Ziyech pernah membawa ibunya ke panggung untuk menerima trofi kala diirnya dipilih sebagai pemain terbaik Belanda pada musim 2017/2018.
“Saya ingin berterima kasih kepada ibu saya. Sebab memberi saya kekuatan. Jika bukan karenamu mungkin hidup saya sudah berakhir. Hadiah ini untukmu,” ujar Ziyech kala menerima trofi.
4) Taat Beribadah
Sejak kecil, Ziyech telah lama tinggal di Belanda. Ia dan keluarganya menjadi kaum minoritas pemeluk agama Islam di negara tersebut. Ia pun tak memungkiri arus budaya barat sangat mempengaruhinya. Tapi tidak dengan keimanannya.
Ia dan keluarganya masih tetap beribadah dan menjalani tradisi Islam di negara kincir angin itu. Saat bermain di klub Ajax Amsterdam pun ia masih menjalankan ibadah puasa di tengah pertandingan. Momen itu terjadi pada 19 Mei 2019 saat leg kedua semifinal Liga Champions lawan Tottenham Hotspur. *pad/ika
Tags:Hakim Ziyech Piala Dunia Qatar 2022 Timnas Maroko