“Pesannya itu, orang tua nggak selalu tahu yang terbaik buat anaknya. Sebenarnya yang kesannya agak menyindir orang tua, tapi sebenarnya setelah kita nonton dan kita terima DM dan respons orang, justru banyak yang terjadi sebaliknya. Bahwa dari sudut pandang anak-anak bilang, ‘ternyata jadi orang tua itu berat, ya’. Jadi bukan hanya mengajak orangtua berefleksi, tapi in the process kita ngajak ngelihat ini loh struggle-nya orangtua seperti apa. Dilemanya orang tua, pengen kasih yang terbaik, tapi salah mengartikan. Kayak gini dilemanya. Jadi aku senang bisa menjangkau berbagai perspektif untuk memberikan yang terbaik bagi anaknya,” papar Ernest.
Itu sebabnya, Ernest yang berperan sebagai Erwin serta merangkap sebagai sutradara baru mau menggarap Cek Toko Sebelah 2 setelah enam tahun dirilisnya Cek Toko Sebelah yang pertama pada tahun 2016 lalu. Selain memiliki keresahan, ia juga ingin skenario sekuel ini kuat.
Angkat Isu-Isu Keluarga
Cek Toko Sebelah 2 kembali dengan cerita keluarga Koh Afuk (Chew Kinwa) yang sudah berbeda setelah tidak mempunyai toko, dengan dua cerita utama. Pertama, kisah Erwin (Ernest Prakasa) yang hendak melamar Natalie (Laura Basuki), namun terbentur berbagai tuntutan Agnes (Maya Hasan), Ibunda Natalie.
Kedua, Koh Afuk yang mendesak Yohan (Dion Wiyoko) dan Ayu (Adinia Wirasti) untuk segera punya momongan. Sementara Ayu tetap pada pendiriannya untuk tidak memiliki anak, karena trauma masa lalunya. Isu-isu keluarga tersebut juga dihadirkan dalam dua sudut pandang, baik dari perempuan maupun laki-laki. Ernest mengakui film pertama Cek Toko Sebelah masih sangat maskulin.
“Film pertama itu maskulin banget ya, dari sudut pandang cowok banget. Kalau sekarang, ada Ayu dan Natalie yang mamainkan peran sangat krusial di sini, jadi sudut pandang perempuan juga sangat dibutuhkan,” jelasnya.
Menurut Ernest, berkat kolaborasinya dengan sang istri, Meira Anastasia, sudut pandang dari isu yang diangkat dalam film ini menjadi lebih berimbang. “Jadi dengan kolaborasi dengan istriku, kayaknya lebih berimbang cara memandang permasalahan, cara meresponsnya itu punya keseimbangan antara sudut pandang laki-laki dan perempuan,” kata komika itu.
Meira Anastasia, penulis skenario, membenarkan bila cerita Cek Toko Sebelah 2 lebih memperlihatkan sudut pandang para perempuan dibandingkan dengan film pertamanya. “Lumayan feminin karena banyak sisi sudut pandang dari perempuan kalau dibandingkan sama ‘Cek Toko Sebelah 1’. Kali ini lebih seimbang,” ujar Meira.
Meira mengatakan banyak isu yang diangkat dalam film Cek Toko Sebelah 2 seperti child free dan pola asuh keluarga Indonesia. “Kita mengambil refleksi dari kehidupan kita, kalau dari masyarakat paling banyak kita ambil isu soal child free, pengin punya anak atau nggak, ini kan belum biasa kalau di Indonesia, bilang ke orang tua kalau nggak mau punya anak,” kata Meira.
Tak hanya dari sudut pandang pemikiran, Meira juga mengkurasi komedi-komedi yang menyudutkan perempuan. Menurut Meira, dia ingin menyajikan film yang dapat membuat penontonnya nyaman walau hanya sekadar bahan lelucon.
“Kita mau bikin skenario yang ramah perempuan, nggak mau bikin jokes yang seksis, kita mau membangun itu. Kita nggak tahu berhasil apa nggak, itu penilaian personal tapi usaha kita kayak tadi,” ujarnya.
Saat pemutaran perdana, tampak penonton terhanyut dalam cerita yang disusun oleh Ernest dan Meira. Tak hanya tertawa terbahak-bahak, penonton juga seperti bergiliran menangis pada adegan-adegan tertentu.
Tags:Cek Toko Sebelah 2 Ernest Prakasa