Profesor Richard Scolyer, seorang peneliti melanoma dan ahli patologi terkemuka di Australia, kembali menghadapi kenyataan pahit dalam perjuangannya melawan kanker otak. Setelah hampir dua tahun melawan glioblastoma, penyakit tersebut kini kembali menyerangnya.
Dikutip dari laman Sky News, pada Mei 2023, Profesor Scolyer didiagnosis menderita glioblastoma, salah satu bentuk kanker otak yang paling agresif dan sering kali bersifat terminal.
Dengan tekad kuat dan semangat juang yang luar biasa, ia mengajukan diri untuk menjalani perawatan revolusioner yang berdasarkan studi melanoma selama satu dekade.
| Baca Juga: Rilus Siko, Pesepak Bola Berkaki Satu dengan Sejuta Mimpi
Perawatan tersebut melibatkan kombinasi imunoterapi sebelum operasi pengangkatan tumor serta vaksin yang disesuaikan dengan karakteristik tumornya.
Dengan prognosis awal hanya enam hingga delapan bulan, Profesor Scolyer menantang segala kemungkinan dan bertahan hingga 22 bulan tanpa kambuh. Hingga November 2024, ia masih bebas dari kanker, memberikan harapan bagi banyak pasien lain yang berjuang melawan penyakit serupa.
Kabar Menyayat Hati
Namun, harapan itu kembali diuji. Dalam unggahan di media sosial pada Senin (10/3) lalu, Profesor Richard Scolyer mengungkapkan bahwa kanker otaknya telah kembali.
“Sayangnya, ada sejumlah besar kanker otak yang tumbuh cepat di otak kiri saya,” tulisnya. “Prognosisnya buruk.”
View this post on Instagram
A post shared by Prof Richard Scolyer AO – My Uncertain Path (@profrscolyer)
Sebagian tumor telah berhasil diangkat melalui operasi, tetapi bagian lainnya tidak dapat dihilangkan karena lokasinya yang sulit dijangkau. Meski demikian, ia tetap percaya bahwa perawatan yang ia jalani telah memberikan dampak signifikan terhadap kelangsungan hidupnya.
Tags:Kanker Otak Pasien Kanker Peneliti Australia Perjuangan Melawan Kanker Profesor Richard Scolyer Richard Scolyer