By: Nadiah Sekar Ayuni
11 September 2025

NYATA MEDIA — Para seniman disabilitas yang tergabung dalam Komunitas Special Needs Artivity (SNA) menggelar berbagai kegiatan di acara ‘Penciptaan Karya Kreatif Inovatif: Tina Sagara Ka Sagala’.

Acara tersebut digelar di Teluk Labuan, Pandeglang, Banten pada 8-10 September 2025. Tujuannya satu, yaitu menyuarakan isu sampah di daerah pesisir.

Tidak hanya pameran, Komunitas SNA juga mengadakan diskusi serta berbagai pertunjukan, termasuk pertunjukan boneka.

Koordinator program, Fahmi abdul Aziz mengatakan, ada alasan khusus mengapa mereka mengadakan acara di Teluk Labuan. Karena daerah tersebut pernah dinobatkan sebagai pantai terkotor oleh Pandawara Group pada 2023.

| Baca Juga: Jennifer Aniston Didampingi Pacar Baru di Acara Premiere ‘The Morning Show New’

Saat itu, Pandawara Group dan ratusan warga berhasil mengumpulkan 1.200 kantong sampah hanya dalam beberapa jam.

“Kami ingin merespons isu itu lewat seni. Bagaimana menjadikan keresahan lingkungan sebagai ekspresi yang bisa menyentuh publik,” ujarnya, dilansir dari salah satu media mainstream, Rabu (10/9/2025).

Di sisi lain, ketua Komunitas SNA, Khairul Hakim menyatakan, pantai tersebut kotor tidak hanya karena penduduk sekitar. Sampah datang dari kota.

“Sebagian besar sampah itu bukan berasal dari warga sekitar, melainkan terbawa arus dari perkotaan. Ini menjadi refleksi bahwa tata kelola sampah di hulu berdampak langsung pada masyarakat pesisir,” jelasnya.

Melihat hal tersebut, Komunitas SNA bersama sejumlah pihak pun melakukan riset sejak akhir 2024. Mereka mencari cara untuk mengubah sampah menjadi karya seni yang bisa dipamerkan.

Sampah-sampah berhasil diolah menjadi menjadi berbagai bentuk boneka dan alat musik. Benda tersebut kemudian dipamerkan di Balai Pelabuhan Perikanan Pantai (BPPP) Labuan.

| Baca Juga: Fotografi Smartphone: Cara Hasilkan Foto Keren dengan Kamera HP

Tidak hanya itu, beberapa di antaranya juga menjadi properti utama dalam pertunjukan boneka.

Pertunjukan tersebut bertajuk ‘Tina Sagara Ka Sagala’ yang arting “dari laut ke mana saja”. Kisahnya tentang kehidupan penyu di Teluk Labuan yang sedang bertelur.

“Sayangnya kondisi tersebut sekarang sudah jauh berubah. Para penyu yang dulu bertelur dan kembali ke pantai kini tergantikan oleh sampah yang menumpuk,” ujar Fahmi.

Melalui acara tersebut, Komunitas SNA berharap agar masyarakat sadar pemulihan Teluk Labuan membutuhkan kerja sama banyak pihak.

“Melalui panggung seni, SNA ingin menyuarakan bahwa pemulihan Teluk Labuan memerlukan kerja sama berbagai pihak agar laut kembali menjadi rumah bagi penyu dan biota lainnya,” lanjut Fahmi. (*)

Jangan ketinggalan berita terbaru dan kisah menarik lainnya! Ikuti @Nyata_Media di InstagramTikTok, dan YouTube untuk update tercepat dan konten eksklusif setiap hari.

Tags:

Leave a Reply