By: Azharul Hakim
11 September 2025

NYATA MEDIA — Nama Claresta Taufan belakangan mencuri perhatian publik. Dua film terbarunya, Pangku dan Maryam, menempatkannya sebagai pemeran utama. Aktris berusia 29 tahun itu makin memantapkan diri berkarir di industri hiburan.

Pasalnya Claresta Taufan tidak mengawali karirnya langsung di akting. Dia terlebih dulu dikenal sebagai atlet karate. Setelah sekian tahun menggeluti olahraga bela diri itu, tahun 2016, Claresta pensiun. Dia pun mengejar passion lain dalam dirinya, yaitu akting.

”Jadi titik baliknya saat PON 2016 dan saya diwawancara sebuah stasiun televisi swasta. Setelah pertandingan usai, saya dihubungi pihak televisi itu untuk kasting host program olahraga. Nggak nyangka. Lolos dan jadi presenter Net Sport,” kata Claresta saat ditemui Nyata di kawasan Cilandak, Jakarta Selatan, Kamis (4/9) lalu.

| Baca Juga : Pangku dan Mothernet, Dua Film Indonesia Debut di BIFF 2025

Setelah kontrak selesai selama dua tahun, dara kelahiran 23 April 1996 itu pindah ke stasiun televisi lain. ”Dua tahun lagi di program televisi yang lain dan dari situ, pintu seni peran terbuka,” kata pemilik nama lengkap Raden Rara Claresta Taufan Kusumarina itu.

Claresta Taufan. Foto : Dok. Pri

Claresta Taufan. Foto : Dok. Pri

Alumnus Universitas Bina Nusantara itu pun mulai kasting untuk sinetron dan layar lebar. Dimulai dari peran-peran kecil, seperti di sinetron Detektif Cinta (2019). Namanya mulai dikenal lewat sinetron Buku Harian Seorang Istri dan debut layar lebarnya di Ronggeng Kematian (2024). Namun publik makin memperhatikan sosoknya setelah memerankan Ratih di Badarawuhi di Desa Penari, spin off film KKN di Desa Penari.

”Sebelum kasting pertama aku memang ikutan beberapa kelas akting. Karena aku penasaran akting itu sendiri dan aku memang harus punya modal. Itu juga bukti keseriusan aku ke orangtua,” terangnya.

| Baca Juga : Film ‘Godaan Setan yang Terkutuk’, Sajikan Teror Psikologis dan Konflik Keluarga

Bahwa keputusan untuk terjun ke akting, bukan pilihan yang salah. Dia membuktikan bisa mewujudkan impian di olahraga dan seni. Sejak kecil Claresta memang gemar dua hal itu.

Perjalanan Claresta di karate sendiri berkat ayah dan kakak lelakinya yang lebih dulu menekuni olahraga bela diri asal Jepang itu. ”Sebenarnya justru lebih dulu ke seni ketimbang karate. Kelas tiga SD ikut ekstrakurikule itu, tapi terus bosan, jadi tidak bertahan lama,” tuturnya.

Setelah itu dia sering mengikuti ayahnya mengantar kakak lelakinya berlatih karate. ”Lama-lama ternyata ingin ikut dan bilang ke papa. ’Aku mau karate juga;. Respon papa langsung positif dan dukung banget,” kenang Claresta.

| Baca Juga : Mikha Tambayong Pacaran di Lokasi Syuting

Usia delapan tahun, Claresta mulai serius berlatih karate dan setahun kemudian mengikuti kejuaraan tingkat provinsi di Banten dan meraih juara dua. Dari situlah kecintaannya pada karate kian tumbuh. Membuatnya makin tekun berlatih maupun bertanding.

Dia pun meraih Juara 1 I Kumite Perorangan Putri di Silent Knight (Singapura, 2011), Juara 1 Kumite Perorangan Putri Kobe Osaka International (Malaysia, 2012), hingga memperkuat Tim Nasional Karate Junior.

Prestasinya berlanjut saat memperkuat Tim Karate Banten di PON 2016, serta meraih Juara 1 di Pekan Olahraga Mahasiswa Nasional 2015. Jika ditotal, Claresta sudah meraih 80 lebih medali dalam arena karate.

Tak hanya fokus pada karate, Claresta juga sukses menyeimbangkan pendidikan. Gelar sarjana arsitektur berhasil ia raih dari Universitas Bina Nusantara (Binus) Jakarta berkat beasiswa yang ia peroleh dari prestasi karatenya.

| Baca Juga : Film ‘Pangku’ Menandai Debut Reza Rahadian Sebagai Sutradara

”Memang ada harga yang harus dibayar. Saat teman-teman bisa istirahat atau liburan, aku harus latihan. Kadang iri juga, tapi semua itu terbayar dengan prestasi,” ujarnya lirih.

Hingga akhirnya PON 2016 menjadi pertandingan terakhirnya dan dia fokus bidang lain. Namun dari karate, bukan hanya kekuatan fisik yang dia dapatkan, tapi juga mental. Salah satu pelajaran terpenting adalah kesuksesan tidak bisa diminta tapi harus diperjuangkan.

”Di karate aku banyak belajar. Satu, disiplin, dua harus berusaha ketika mau sesuatu. Katakanlah ketika aku ingin sesuatu, aku bisa minta ke papa atau mama. Tapi ketika minta juara satu, aku nggakbisa minta ke orangtua. Aku harus berlatih dna menjadi yang terbaik untuk bisa mendapatkan di posisi itu,” ujar Claresta.

Prinsip inilah yang ia bawa ke dunia keaktoran. Baginya, keberuntungan bukanlah sesuatu yang datang tiba-tiba, melainkan hasil dari persiapan yang matang saat bertemu dengan sebuah kesempatan. (*/nez)

Jangan ketinggalan berita terbaru dan kisah menarik lainnya! Ikuti @Nyata_Media di InstagramTikTok, dan YouTube untuk update tercepat dan konten eksklusif setiap hari.

Tags:

Leave a Reply