Yang kedua, pola asuh dari keluarga juga ikut mempengaruhi terbentuknya gangguan kepribadian itu. Seorang anak akan meniru perbuatan yang dilakukan oleh orangtuanya. Jika anak itu dibesarkan di keluarga yang kasar, ia kemungkinan akan berperilaku sama.
“Makanya kalau orangtuanya sering memukuli anaknya dengan tega, berarti mempunyai emosi tidak stabil. Anaknya pun secara tega juga menyakiti orang lain,” tutur psikiater dengan followers lebih dari 30 ribu di Instagram itu.
Efeknya, anak mengalami trauma. Aimee juga menambahkan, “Anak psikopat jika dites biasanya berkata bahwa dia berasal dari keluarga yang kurang mengakui keberadaannya. Dibesarkan di keluarga yang tidak suportif.”
|Baca Juga: 5 Tanda Seseorang Terjangkit Celebrity Worship
Meski begitu, sebenarnya trauma bukanlah alasan yang dapat membenarkan perilaku jahat kepada orang lain. Trauma bisa menjadi media pembelajaran bagi seseorang.
“Semua pengalaman baik atau buruk itu yang menjadikan siapa kita hari iini. Dalam arti, jika kita mengalami pengalaman buruk tapi kita bisa berdamai dengan itu, maka trauma bisa membuat kita belajar tentang hal baru,” katanya.
“Sebagai contoh, ada orang yang sering dipukuli oleh orangtuanya waktu kecil. Namun, sangking tahu bagaimana rasa sakit itu, ia berjanji tidak akan mengulanginya kepada anaknya kelak. Itu malah bagus,” tutup Aimee. *mir/amy
Tags:Psikiater Psikopat