Tim Kedokteran Forensik Brasil melalui Institut Medicina Legal (IML) mengungkap hasil autopsi ulang jenazah pendaki yang jatuh di Gunung Rinjani, Nusa Tenggara Barat (NTB), Juliana Marins.

Hasilnya, pendaki berusia 26 tahun itu meninggal karena pendarahan internal yang disebabkan cedera parah pada organ vital.

Hasil autopsi mengungkap beberapa patah tulang di tubuhnya, termasuk tengkorak, dada, perut, pelvis, anggota badan, dan tulang belakang, yang mengakibatkan pendarahan.

| Baca Juga : Juliana Marins Dimakamkan, Keluarga Singgung Keberadaan Helikopter

Meski demikian, Juliana masih hidup selama 10 hingga 15 menit setelah jatuh.

Hasil autopsi itu sama dengan yang dilakukan tim forensik Indonesia yang dirilis di Bali, Indonesia pada 27 Juni 2025 lalu.

Dokter Spesialis Forensik Rumah Sakit Bali Mandara, Ida Bagus Putu Alit, menyatakan perkiraan kematian Juliana adalah 20 menit setelah terjatuh ke jurang. 

| Baca Juga : Jenazah Juliana Marins Tiba di Brasil, Keluarga Minta Autopsi Ulang

Berdasarkan hasil autopsi, kematian Juliana Marins disebabkan luka karena benturan keras, sehingga mengakibatkan pendarahan, terutama di bagian dada.

“Kalau kita lihat, yang paling parah adalah berhubungan dengan pernapasan, yaitu ada luka-luka terutama di daerah dada, dalam dada bagian belakang, punggung ya, itu yang merusak organ-organ di dalamnya,” ungkapnya.

Juliana juga mengalami luka lecet di tubuh karena terjatuh. Bahkan di kepalanya.

| Baca Juga : Juliana Marins, Pendaki Brazil Meninggal di Gunung Rinjani

Tags:

Leave a Reply