By: Alva Reza
10 June 2024

“Langkah yang diambil pemerintah dapat meningkatkan ketegangan di semenanjung. Korea Utara mungkin melakukan provokasi militer sebagai respons terhadap penangguhan total perjanjian militer antar-Korea tahun 2018 dan pidato Hari Peringatan Presiden Yoon Suk Yeol oleh pemerintah,” kata Yang.

“Tindakan provokatif mungkin termasuk penempatan senjata berat di sepanjang Zona Demiliterisasi, penembakan artileri pantai di Laut Barat dan kapal-kapalnya dengan sengaja melintasi Garis Batas Utara,” lanjutnya.

Di tengah meningkatnya kekhawatiran atas peningkatan agresi Korut terhadap Korsel, pemerintah dan militer Korsel menyebut diri siap untuk menanggapi ancaman tambahan pada tingkat maksimum. Akhir-akhir ini pun, Korsel mulai mengambil pendekatan garis keras terhadap Korea Utara.

| BACA JUGA : Park Jung-oh, Pembelot Korea Utara Kirim Beras dalam Botol untuk Warga Miskin Negaranya

Pada hari Selasa, pemerintah Korsel memperingatkan bahwa mereka akan mengambil tindakan yang tidak dapat ditoleransi terhadap Korut. Salah satunya melanjutkan siaran melalui pengeras suara ke arah Korea Utara.

Di hari yang sama, Korsel juga memutuskan untuk sepenuhnya menangguhkan perjanjian militer antar-Korea tahun 2018. Penangguhan itu memungkinkan Korsel untuk melanjutkan siaran pengeras suara di dekat perbatasan.

Menyusul penangguhan perjanjian tersebut, militer Korsel berjanji untuk melanjutkan semua aktivitas militer di dekat Garis Demarkasi Militer,  serta mengambil tanggapan yang memadai dan segera terhadap provokasi Korea Utara.(*)

Tags:

Leave a Reply