By: Farah Yumna
9 September 2025

Selain Rana yang mewakili Indonesia, ada juga gadis dari negara lain sepeprti Myanmar, Srilangka, Vietnam, Bangladesh, dan Kazakhstan.

Azkarana (kanan, baju biru cerah) saat mengikuti ACG di Taiwan. Foto: Dok. Farah/Nyata

Azkarana (kanan, baju biru cerah) saat mengikuti ACG di Taiwan. Foto: Dok. Farah/Nyata

| Baca Juga : Keroncong Tujuh Putri: Superman Rasa Lokal

Semua peserta sejak awal mendaftar ACG sudah memiliki rencana proyek yang matang. Mulai dari tujuan, pengembangan, kolaborasi, hingga budgeting.

Selain itu, isu yang diangkat juga harus realistis dan sesuai dengan masalah yang dihadapi negara masing-masing.

“Dari awal mendaftar, sudah harus tahu proyeknya apa, kenapa itu penting. Semua sudah harus jelas dan pasti capable untuk dilakukan,” jelas Rana.

Dia lantas terpikir untuk membuat proyek tentang literasi. Berangkat dari kecintaannya akan membaca buku.

| Baca Juga : Cowok Tiongkok Dijual Pacar ke Jaringan Penipuan Online Myanmar

Awalnya, dia berencana membuat proyek peningkatan literasi pada anak panti asuhan. Namun, setelah dipertimbangkan, topiknya dinilai terlalu mainstream. Dia pun mengganti targetnya menjadi anak jalanan.

Rana menghabiskan waktu satu bulan untuk observasi. Dia bekerja sama dengan Save Street Child Surabaya (SSCS) dalam melaksanakan Bridge of Words.

Program literasi itu pertama kali dilaksanakan pada 10 Agustus 2025. Digelar sebanyak lima kali setiap akhir pekan di beberapa titik di kota Surabaya.

Nantinya setelah pertemuan terakhir, dia harus membuat after movie. Hasil proyeknya dipresentasikan kembali kepada tim ACG secara online pada Oktober mendatang. Dari 10 proyek, akan dipilih 3 yang terbaik. (*)

Tags:

Leave a Reply