By: Nadhirul
31 July 2019

Stunting atau balita berperawakan pendek, akibat kekurangan gizi jangka panjang, menjadi masalah yang krusial di berbagai negara di belahan dunia. Pasalnya, masalah ini mengancam generasi penerus bangsa ke depannya.

Stunting itu bukan masalah pendeknya (tubuh) tapi otak. Kalau balita kekurangan gizi, maka asupan nutrisi ke otak kurang. Bila masalah ini tak diatasi sampai usia anak dua tahun, maka dewasanya kelak IQ di bawah rata-rata. Sehingga mereka nggak bisa kerja kantoran tapi kuli,” kata Prof. Dr. dr. Damayanti Rusli Sjarif SpA (K), dari Divisi Nutrisi Pediatrik dan Penyakit Metabolik, Departemen Ilmu Kesehatan Anak Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) dalam acara Aksi Cegah Stunting di Dinkes Provinsi Jatim, Selasa (30/7).

Berdasarkan data World Health Organization (WHO), di tahun 2018 lalu, sebanyak 180 juta balita di dunia mengalami stunting. Sebesar 55 persen balita di Asia mengalami stunting. Indonesia menempati peringkat ke tiga untuk kasus stunting terbanyak setelah Laos dan Kamboja.

tingkat-stunting-di-jawa-timur
Foto: Bayu Basu Seno/Nyata

Sedangkan di dunia, Indonesia menempati urutan ke lima untuk kasus stunting terbanyak setelah India, Nigeria, Pakistan, dan China.

”Memang penduduk Indonesia banyak, yakni 267 juta jiwa. Tapi masalah ini nggak bisa dibiarkan,” ujar Damayanti.

Menurut Damayanti, stunting tidak hanya disebabkan oleh faktor kemiskinan, tapi juga ketidaktahuan orangtua terhadap asupan makanan yang dikonsumsi anaknya.

”Banyak pasien saya kendaraannya BMW, tapi anaknya stunting,” ungkapnya.

Berkomitmen mengurangi stunting

Sementara itu, menurut Wakil Gubernur Provinsi Jatim, Emil Dardak, diperkirakan jumlah balita yang mengalami stunting di Jatim sekitar 30 persen.

”Coba bayangkan kalau kira-kira angka stunting kita 30 persen, dan 75 persen dari yang stunting kemungkinan IQ-nya di bawah rata-rata. Sekarang bagaimana caranya kita mengentaskan kemiskinan, kalau sampai 75 persen dari yang stunting itu mengalami keterbatasan intelektual, ini kan susah. Jadi ini menjadi PR yang sangat urgent,” ujar Emil saat ditemui dalam kesempatan yang sama.

Untuk menekan angka stunting di Jatim, Pemprov melalui Dinkes Jatim akan melakukan kerja sama dengan tim Prof. Damayanti. Tim mereka berhasil menurunkan angka stunting hingga tiga kali lipat dari target yang ditetapkan WHO di Desa Banyumundu, Pandeglang, Banten.

Tags:

Leave a Reply