Untuk menuju pos kedua yang letaknya beberapa ratus meter dari pos pertama, dibutuhkan ketepatan dan ketelitian. Hal itu karena mereka harus mengukur dan menyesuaikan jalur yang ada di peta.


Di pos ini, para peserta dikenalkan dengan 3 dimensi (3D). Berikut teknologi yang mengusung konsep 3D, yaitu Virtual Reality (VR). Melalui kacamata VR, dua anak dari tiap tim menjalankan simulasi sebagai seorang pilot dan dokter.
Baca juga: Diam-diam April Jasmine dan Ustaz Solmed Jaga Jarak dengan Anak
Tidak itu saja, kegiatan juga diisi oleh games non digital. Agar anak-anak bisa bercengkerama dengan teman-temannya. Seperti halnya yang ada pada pos tiga.


Selain itu, anak-anak juga diperbolehkan mencoba games karya murid-murid Project Development Center. Dengan begitu, diharapkan anak-anak dapat terpacu untuk mempelajarinya. Sebagaimana slogan yang diusung lembaga komputer ini, gamer become a smart gamer.

“Harapan kami, mereka (anak-anak) mendapat pemahaman apa itu coding. Kedua, mereka bisa menerapkannya,” kata wanita yang akrab disapa Janti itu.
Meski kegiatan ini rata-rata dilakukan di halaman terbuka, namun anak-anak begitu antusias mengikuti acara, dari awal sampai selesai. Marc Aurel Benpoly, salah satu peserta MAZE Coding mengaku senang. Terlebih ia mendapat banyak teman baru. (*)