Berkomitmen mengikuti kompetisi, dengan anggota tim yang terpencar-pencar di Jakarta, Surabaya, Mojokerto, Malang, dan Jember, tak menghambat keinginan mereka untuk tampil maksimal saat kompetisi. Tak hanya mengerahkan seluruh tenaga, saat di Singapura pun seluruh anggota tim tak lupa untuk beribadah bersama pada dini hari waktu setempat.
Baca juga: Anak Denada: Shakira Mukanya Kenapa Begini? Shakira Kenapa Botak, Ibu?
“Kami selalu mencoba mengingat, bahwa Chandelier itu tempat mengekspresikan diri melalui musik. Maka bermusiklah tanpa henti. Motto kami adalah ‘bersenang-senang sambil bermusik’. Plus kami tetap saling menguatkan satu sama lain. Bahkan kami selalu bangun pukul 02.00 untuk berdoa bersama sesuai agama masing-masing. Disitulah sumber kekuatan kami,” ujar alumni Fakultas Psikologi Universitas Airlangga tersebut.

Foto: Dok. Panitia SICF 2018
Ageng juga menambahkan, bahwa tujuan yang diraih tak melulu soal prestasi. “Menurutku di Chandelier ini yang ingin kita raih, adalah bagaimana kita bermusik tanpa beban. Yang mana bukan prestasi yang menjadi poin utama, namun bermusik itu sendiri. Rindu ingin bermusik, ya bermusik disini, di Chandelier. Juara? Itu bonus,” pungkasnya.
Singapore International Choral Festival 2018 berakhir dengan keluarnya 上海黄浦区青少年艺术活动中心春天少年合唱团 dari Shanghai, Tiongkok sebagai grand champion, dan berhak untuk berlaga pada 1st Asian Grand Prix di Manila, Filipina 2019 mendatang.
Tags:Chandelier Choir