Untuk membuat satu lukisan, diperlukan waktu kurang lebih tiga jam. Namun tidak sepenuhnya selesai. Sebab harus ditunjukkan kepada pengantin dan para tamu di atas panggung sebelum acara berakhir.
“Paling tidak selesai 90 persen supaya bisa berfoto dengan pengantin di tengah panggung dengan membawa lukisan. Dan bisa dilihat oleh semua tamu. Setelah itu saya bawa pulang karena cat biasanya masih basah dan perlu proses detailing,” tutur Gerald.
Thalia Halim

Thalia Halim saat melukis di pernikahan. Foto: Dok. Farah/Nyata.
Berawal dari iseng, Thalia kini semakin serius menekuni pekerjaan sebagai wedding painter yang mulai digelutinya sejak September 2024.
Setelah menyelesaikan pendidikan perguruan tinggi pada 2022 lalu, Thalia, yang sehari-hari membantu mengurus usaha orang tuanya, mulai merasa bosan menjalani kehidupan yang disebutnya ‘gini-gini aja’.
| Baca Juga : 46 Orang Tewas dalam Insiden Kecelakaan Pesawat Militer Sudan
“Waktu itu aku akhirnya coba menggambar secara digital. Pakai iPad. Ada beberapa orang yang menghubungi dan minta dibikinkan logo, ilustrasi, dan sejenisnya,” tuturnya.
Namun pekerjaan itu belum mampu membuatnya merasa puas. “Karena digital, aku merasa kayak kurang ada sentuhan manusianya,” katanya. Belum lagi, berjualan karya seni di Surabaya dirasa masih cukup sulit.
Ada alasan khusus yang membuat wanita berusia 24 tahun itu memilih memfokuskan diri pada live painting, yakni karena kepribadian ekstrovert. Dia mudah merasa bosan jika tidak berinteraksi dengan orang lain.
“Kalau di acara gitu aku kan bisa ketemu orang banyak. Aku rasa itu benang merahnya. Hobiku tetap bisa jalan. Kebutuhanku untuk berinteraksi dengan orang lain juga terpenuhi,” ucapnya.
“Aku malah suka kalau diperhatikan sama orang-orang waktu melukis. Justru kalau enggak ada yang lihat aku malah merasa sedih. Enggak pernah merasa tertekan, malah seneng. Apalagi kalau ada yang tanya atau ngajak ngobrol,” lanjutnya.
Tags:Gerald Andreas Leiwakabessy Live Painting Thalia Halim Wedding Painting Wedding Painting Surabaya