By: Naomi Nilawati
4 November 2025

NYATA MEDIA — Usai dinobatkan sebagai Puteri Indonesia 2025, langkah Firsta Yufi Amarta Putri tampak kian berwarna. Tak butuh waktu lama, perempuan 24 tahun itu langsung mendapat kesempatan untuk terlibat dalam Anugerah Lembaga Sensor Film (LSF) 2025.

Bersama beberapa finalis Puteri Indonesia lainnya, ia dipercaya untuk membacakan salah satu nominasi di ajang penghargaan tersebut.

Bagi Firsta, keikutsertaannya bukan sekadar tampil di panggung acara bergengsi. Ia melihat pengalaman itu sebagai bagian dari dukungan nyata terhadap kemajuan industri perfilman Indonesia.

“Alhamdulillah tahun ini kami dari Puteri Indonesia diundang untuk menjadi salah satu pembaca nominasi di acara puncaknya juga, di kategori puncak, di Lifetime Achievement,” kata Firsta saat ditemui di SCTV Tower, Senayan, Jakarta pada Senin (3/11).

| Baca Juga: Rahasia Rambut Lebat dan Hitam, Puteri Indonesia 2025 Firsta Yufi Amarta Putri

Baginya, ini adalah kesempatan untuk mengenal lebih dekat sisi lain dunia seni yang sarat makna, dunia yang bukan hanya menciptakan hiburan, tapi juga menyampaikan nilai-nilai kehidupan.

Sebagai generasi muda yang tumbuh di tengah derasnya arus globalisasi, Firsta menyadari pentingnya menjaga akar budaya. Di sinilah, ia melihat peran Lembaga Sensor Film (LSF) sebagai mitra yang melindungi nilai-nilai ketimuran tanpa menghambat kreativitas para sineas.

“Jadi kalau menurut saya sendiri memang LSF ini sangat-sangat penting dan juga bermanfaat ya, karena salah satu lembaga yang masih bisa memegang asas budaya ketimuran, dari ratusan film yang tayang di Indonesia,” ujarnya.

Pemilik nama lengkap Firsta Yufi Amarta Putri ini melihat film bukan hanya sebagai tontonan, tetapi juga tuntunan.

| Baca Juga: Potret Lamaran Impian Nadira Adnan Diwujudkan Kekasih

“LSF akan membantu untuk dunia perfilman ini ataupun dunia seniman di Indonesia supaya lebih mendidik, lebih sehat lagi. Karena kita tahu juga memang itu ditonton bukan cuman untuk kita yang sudah dewasa, tapi juga di semua kalangan usia, mulai dari anak-anak dan juga remaja,” jelas wanita kelahiran Banyuwangi, Jawa Timur, 1 Maret 2001 itu.

Meski demikian, ia menegaskan pentingnya keseimbangan antara sensor dan kreativitas.

Tags:

Leave a Reply