By: Kontributor
27 March 2019

Untuk kali ke delapan pelatihan Basic Life Support (BLS), kerjasama Nyata dan Perhimpunan Masyarakat Pengusaha Tionghoa Indonesia (Permit) Jatim digelar.

Pelatihan yang juga kerja sama Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Cabang Surabaya, Departemen Anestesiologi dan Reanimasi RSUD Dr Soetomo/FK Unair Surabaya, Perhimpunan Dokter Spesialis Anestesi dan Terapi Intensif Indonesia (Perdatin) Cabang Jatim, serta Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiologi Indonesia (Perki) Cabang Surabaya itu, dihelat di Grand City Mall, Minggu (10/3) lalu.

Baca juga: Sadari Bahaya Jantung Koroner, GKI Pregolan Surabaya Akhirnya Gelar BLS

Sebanyak 250 peserta, baik perorangan, pelajar, mahasiswa maupun instansi serta komunitas, hadir.

BLS ke delapan
Dewi Purbasari apresiasi acara BLS ke delapan (Foto: Adie/Nyata)

”Pelatihan ini diadakan agar masyarakat awam mengerti apa itu BLS, dan bisa memberikan pertolongan pertama jika menemukan kejadian gawat darurat di tempat umum,” kata ketua panitia Dr. dr. Philia Setiawan, Sp.An, KIC, KAKV.

BLS ke delapan
Dr. Philia Setiawan, dr. Sp. An.
KIC. KAKV menyampaikan sambutannya (Foto: Adie/Nyata)

Dalam pelatihan itu, peserta tidak hanya dilatih memberikan pertolongan pertama pada korban yang mengalami cardiac arrest atau henti jantung di tempat umum. Tapi juga saat tenggelam, tersedak yang menyebabkan napas terhenti, dan lainnya.

BLS ke delapan
Prof.Dr.dr. Eddy Rahardjo Sp.
An. KIC. KAO menyampaikan materi (Foto: Adie/Nyata)

Dikatakan Prof. Dr. dr. Eddy Rahardjo SpAn, KIC, KAO, dalam BLS, time saving is live saving. Keterlambatan dalam menolong dapat mengurangi kesempatan korban untuk hidup.

”Jantung yang berhenti harus cepat dipijat. Jika ada AED (Automatic Electrical Defebrilator), bisa digunakan agar jantung bisa berdenyut lagi. Jika korban cepat ditolong, maka ada peluang 5- 15 persen nyawanya tertolong,” jelas Prof. Eddy.

BLS ke delapan
Demo pertolongan gawat darurat pada orang awam (Foto: Adie/Nyata)
Tags:

Leave a Reply