Busan International Film Festival (BIFF) 2024 resmi digelar mulai Rabu (2/10) dan akan berlangsung hingga 11 Oktober mendatang. Sama seperti namanya, acara itu berlokasi di Busan, Korea Selatan.
BIFF adalah festival film terbesar dan terpopuler di Negara Ginseng. Ratusan karya dari berbagai negara diundang. Menjadikannya sebagai ajang pertemuan seniman perfilman berskala internasional.
Untuk tahun ini, ada 279 film dari 63 negara yang mendapatkan kesempatan untuk ditayangkan di BIFF. Lima diantaranya merupakan karya yang berasal dari Indonesia maupun proyek kolaborasi. Berikut daftarnya.
| Baca Juga : Film Netflix ‘Don’t Move’, Hutan Penuh Teror Pembunuh Berantai
Film itu digarap oleh sutradara pendatang baru, Loeloe Hendra. Mengikuti perjalanan hidup seorang wanita bernama May yang diperankan oleh Shenina Cinnamon.
Awalnya, dia tinggal di daratan sebagai penduduk asli suku Dayak. Pembangunan tambang membuatnya kehilangan tempat tinggal bahkan menyaksikan langsung kematian orang tuanya.
May lalu dirawat oleh kakeknya dan hidup di rumah yang mengapung atas sungai. Setiap kali menginjak daratan, dia akan pingsan.
Don’t Cry, Butterfly
Ini adalah film kolaborasi antara produser Vietnam, Singapura, Filipina, dan Indonesia. Yulia Evina Bhara mewakili tanah air dan memegang posisi sebagai koproduser.
| Baca Juga : Atta Halilintar Terlibat Bikin Film Animasi ‘Garuda di Dadaku’
Filmnya menggabungkan genre fantasi, horor, drama, dan komedi. Bercerita tentang Tam, wanita paruh baya yang tinggal di rumah berhantu.
Dia mengalami kejadian menyedihkan lantaran suaminya ketahuan selingkuh. Tam kemudian memilih menggunakan ilmu hitam untuk merebut kembali hati pasangannya itu.
Dibintangi oleh Yusuf Mahardika, Marissa Anita, dan Zulfa Maharani, film ini berkisah tentang Johan. Dia adalah seorang pria dewasa yang tinggal bersama ibunya di pertenakan buaya di Jawa Barat.
Ibu menganggap Johan dan buaya adalah segalanya. Namun, Johan justru merasa terkekang dan tertekan karena sikap itu. Dia lalu bertemu dan jatuh cinta pada Arumi Sayangnya, itu menjadi awal mula kehancuran hubungan antara anak dan ibu.
Sutradara Tumpal Tampubolon bertanggung jawab atas pengambilan gambar. Dia sebelumnya pernah meraih penghargaan di Sonje Awards 2021 lewat film pendek berjudul ‘The Sea Calls Me’.
Jor dan putranya pindah ke suatu desa terpencil karena mengalami kesulitan keuangan. Namun, ada yang aneh dari desa tersebut. Semua penduduknya pendiam dan memiliki kemampuan mendengar yang luar biasa.
| Baca Juga : Makin Ngeri, Film ‘The Platform 2’ Sajikan Aksi Menegangkan
Ayesha Alma Almera menjadi sutradara. Sementara produsernya adalah Sofhy Pratiwi. Dibintangi oleh Landung Simatupang, Nizar Azza Faezya Tama, Alex Suhendra, hingga Freddy Rotterdam.
Satu lagi film yang disutradari oleh Yulia Evina Bhara. Berkolaborasi dengan deretan produser dari 7 negara lainnya, termasuk Malaysia, Taiwan, Singapura, Prancis, Jerman, Belanda, dan Qatar.
Berkisah tentang Zaffan, remaja yang mulai menstruasi dan menganggapnya sebagai dosa. Hidup di lingkungan masyarakat yang konservatif membuat tanda-tanda pubertasnya dianggap sebagai sesuatu yang negatif.
Zaffan ketakutan dan merasa terasing. Dia berusaha untuk menerima perubahan tubuhnya sambil menghadapi pandangan buruk yang menghantui. (*)
Tags:biff 2024 Busan Film Festival 2024 Crocodile Tears Don't Cry Butterfly Film Indonesia BIFF Suintrah Tale of The Land Tiger Stripes