Covid-19 sudah berlalu. Tapi ada fakta mengejutkan bahwa vaksin buatan AstraZeneca untuk virus mematikan itu ternyata dapat memicu efek samping pembekuan darah yang juga mematikan.
Hal itu diakui untuk pertama kalinya oleh AstraZeneca. Dilansir dari DailyMail, produsen vaksin virus Covid-19 itu membenarkan vaksin yang diproduksinya secara umum dapat menyebabkan efek samping yang sangat jarang terjadi.
Yakni, risiko pembekuan darah. Pernyataan itu disampaikan pihak AstraZeneca dalam inti dari gugatan perwakilan kelompok (class action) yang dilayangkan oleh puluhan keluarga di Inggris ke ranah pengadilan.
Mereka menuduh raksasa farmasi tersebut telah memproduksi dan menyebarkan vaksin Covid-19 yang diduga mengakibatkan orang-orang yang mereka cintai, menjadi cacat hingga meninggal.
| Baca Juga: Travis Barker Positif Covid Setelah Comeback di Blink-182 Tour
Pengacara yang mewakili penggugat yakin kasus ini bisa bernilai kompensasi terhadap setiap pihak korban hingga £20 juta atau sekitar Rp400 miliar.
AstraZeneca yang berbasis di Cambridge, mengakui dalam dokumen hukum yang diserahkan ke Pengadilan Tinggi pada bulan Februari bahwa vaksin Covid-19 buatannya, dalam kasus yang sangat jarang terjadi dapat menyebabkan TTS.
TTS adalah thrombosis with thrombocytopenia syndrome. Suatu kondisi medis di mana seseorang mengalami pembekuan darah dan jumlah trombosit yang rendah.
Meski dianggap sebagai efek samping potensial selama dua tahun, hal ini menandai pertama kalinya perusahaan tersebut mengakui di pengadilan bahwa vaksin yang mereka produksi dapat menyebabkan kondisi tersebut.
| Baca Juga: Han So Hee Positif Covid-19, Hari Gini ?
Di masa-masa kelam pandemi Covid-19, pemerintah berupaya mendapatkan suntikan vaksin secepat mungkin ketika negara tersebut lumpuh karena harus lockdown. Vaksin itu bisa didapat dengan uang negara hasil pajak yang dibayar masyarakat.
Menurut laporan The Telegraph, perusahaan farmasi yang memproduksi vaksin Covid-19 itu menerima pendapatan melebihi £10 miliar pada kuartal pertama tahun 2024, meningkat sebesar 19 persen. Pejabat perusahaan menyatakan mereka menikmati ‘awal yang sangat kuat’ di tahun ini.
Sebab itu, para korban efek samping vaksin AstraZeneca meminta kesepakatan ganti rugi. Salah satu dari mereka yang mencari kompensasi adalah ayah dua anak sekaligus insinyur IT, Jamie Scott.
Merusak Otak

Jamie Scott (kanan), salah satu dari korban terkena efek samping vaksin AstraZeneca. (Foto: Getty Images/DailyMail)
Scott mengalami cedera otak permanen menyusul pembekuan darah dan pendarahan di otak setelah mendapatkan vaksin pada April 2021. Sejak saat itu, dia tidak dapat bekerja.
Kasusnya adalah satu dari 51 kasus yang saat ini diajukan ke Pengadilan Tinggi untuk meminta ganti rugi yang diperkirakan bernilai total sekitar £100 juta atau Rp2 triliun.
“Kami membutuhkan permintaan maaf, kompensasi yang adil untuk keluarga kami dan keluarga lain yang terkena dampak. Kami memiliki kebenaran di pihak kami, dan kami tidak akan menyerah,” ujar Kate Scott, istri Jamie Scott.
| Baca Juga: Kondisi Terakhir Sepupu Ratu Elizabeth yang Alami Pembekuan Darah Usai Divaksin

Nyonya Stewart menderita stroke parah akibat komplikasi yang diduga terkait efek samping suntikan vaksin AstraZeneca. (Foto: Getty Images/DailyMail)
Sarah Moore, partner di lembaga hukum Leigh Day, yang mewakili penggugat AstraZeneca (AZ), menuduh perusahaan tersebut menggunakan taktik penundaan terhadap para korban.
“Sangat disayangkan tampaknya AZ, Pemerintah dan pengacara mereka lebih tertarik untuk memainkan permainan strategis dan mengeluarkan biaya hukum daripada terlibat secara serius dalam dampak buruk yang ditimbulkan oleh vaksin AZ mereka terhadap kehidupan klien kami,” terangnya.
AstraZeneca mengatakan dalam sebuah pernyataan, “Simpati kami ditujukan kepada siapa pun yang kehilangan orang yang dicintai atau melaporkan masalah kesehatan.”
“Keselamatan pasien adalah prioritas utama kami, dan pihak berwenang memiliki standar yang jelas dan ketat untuk memastikan penggunaan semua obat secara aman, termasuk vaksin. Dari bukti uji klinis, vaksin AstraZeneca-Oxford terus terbukti memiliki profil keamanan yang dapat diterima dan regulator di seluruh dunia secara konsisten menyatakan bahwa manfaat vaksinasi lebih besar daripada risiko potensi efek samping yang sangat jarang terjadi,” lanjutnya.
| Baca Juga: Kronologi Meninggalnya Carlos Marin ‘Il Divo’. Sempat Kritis Saat Konser
Diketahui, pengacara yang mewakili korban dan keluarga menggugat AstraZeneca berdasarkan Undang-Undang Perlindungan Konsumen tahun 1987. Mereka berpendapat bahwa vaksin tersebut adalah ‘produk cacat’ yang tidak seaman yang diharapkan oleh konsumen pada umumnya.
AstraZeneca membantah keras klaim tersebut. Pejabat kesehatan pertama kali mengidentifikasi kasus yang terkait dengan suntikan AstraZeneca di Eropa pada awal Maret 2021, hanya dua bulan setelah vaksin tersebut pertama kali digunakan di Inggris.
Namun, baru pada bulan April tahun itu bukti menjadi cukup jelas bahwa suntikan vaksin mulai dibatasi. Awalnya, para pejabat membatasi pemberian vaksin hanya kepada orang-orang yang berusia di atas 30 tahun. Mereka kemudian memperluasnya menjadi hanya orang-orang yang berusia di atas 40 tahun pada Mei 2021.
Karena vaksin tersebut masih ampuh melawan Covid, hal ini masih dianggap layak untuk diberikan kepada warga lanjut usia di Inggris yang memiliki risiko kematian atau cedera lebih besar karena tertular virus tersebut.
Sekitar 50 juta dosis suntikan AstraZeneca telah didistribusikan di Inggris secara total. Data resmi yang dikumpulkan oleh pengawas obat-obatan Inggris, Badan Pengatur Produk Obat dan Kesehatan, menunjukkan setidaknya 81 warga Inggris telah meninggal karena komplikasi pembekuan darah yang tampaknya terkait dengan suntikan AstraZeneca.
| Baca Juga: Waspada! Covid-19 Dapat Menurunkan Kemampuan Kognitif Otak
Sejumlah korban lainnya yang belum dikonfirmasi, telah terluka dan cacat. Sebab itu, penyaluran vaksin Covid lebih lanjut telah meminimalkan penggunaan suntikan AstraZeneca atau menghapuskannya sepenuhnya di Inggris. Alternatifnya vaksin Pfizer dan Moderna.
Dengan tidak adanya permintaan dosis tambahan dari pejabat kesehatan, hal ini berarti vaksin tersebut telah ditarik kembali di Inggris. Risiko TTS setelah vaksin Covid AstraZeneca diperkirakan berada pada kisaran satu banding 50.000.
Meski begitu, suntikan AstraZeneca dianggap telah menyelamatkan sekitar 6 juta nyawa secara global selama pandemi Covid. (*)
Tags:AstraZeneca AstraZeneca Digugat AstraZeneca Efek Samping AstraZeneca Pembekuan Darah AstraZeneca vaksin covid Vaksin Covid vaksin covid-19