Nyonya Stewart menderita stroke parah akibat komplikasi yang diduga terkait efek samping suntikan vaksin AstraZeneca. (Foto: Getty Images/DailyMail)

Nyonya Stewart menderita stroke parah akibat komplikasi yang diduga terkait efek samping suntikan vaksin AstraZeneca. (Foto: Getty Images/DailyMail)

Sarah Moore, partner di lembaga hukum Leigh Day, yang mewakili penggugat AstraZeneca (AZ), menuduh perusahaan tersebut menggunakan taktik penundaan terhadap para korban.

“Sangat disayangkan tampaknya AZ, Pemerintah dan pengacara mereka lebih tertarik untuk memainkan permainan strategis dan mengeluarkan biaya hukum daripada terlibat secara serius dalam dampak buruk yang ditimbulkan oleh vaksin AZ mereka terhadap kehidupan klien kami,” terangnya.

AstraZeneca mengatakan dalam sebuah pernyataan, “Simpati kami ditujukan kepada siapa pun yang kehilangan orang yang dicintai atau melaporkan masalah kesehatan.”

“Keselamatan pasien adalah prioritas utama kami, dan pihak berwenang memiliki standar yang jelas dan ketat untuk memastikan penggunaan semua obat secara aman, termasuk vaksin. Dari bukti uji klinis, vaksin AstraZeneca-Oxford terus terbukti memiliki profil keamanan yang dapat diterima dan regulator di seluruh dunia secara konsisten menyatakan bahwa manfaat vaksinasi lebih besar daripada risiko potensi efek samping yang sangat jarang terjadi,” lanjutnya.

| Baca Juga: Kronologi Meninggalnya Carlos Marin ‘Il Divo’. Sempat Kritis Saat Konser

Diketahui, pengacara yang mewakili korban dan keluarga menggugat AstraZeneca berdasarkan Undang-Undang Perlindungan Konsumen tahun 1987. Mereka berpendapat bahwa vaksin tersebut adalah ‘produk cacat’ yang tidak seaman yang diharapkan oleh konsumen pada umumnya.

AstraZeneca membantah keras klaim tersebut. Pejabat kesehatan pertama kali mengidentifikasi kasus yang terkait dengan suntikan AstraZeneca di Eropa pada awal Maret 2021, hanya dua bulan setelah vaksin tersebut pertama kali digunakan di Inggris.

Namun, baru pada bulan April tahun itu bukti menjadi cukup jelas bahwa suntikan vaksin mulai dibatasi. Awalnya, para pejabat membatasi pemberian vaksin hanya kepada orang-orang yang berusia di atas 30 tahun. Mereka kemudian memperluasnya menjadi hanya orang-orang yang berusia di atas 40 tahun pada Mei 2021.

Karena vaksin tersebut masih ampuh melawan Covid, hal ini masih dianggap layak untuk diberikan kepada warga lanjut usia di Inggris yang memiliki risiko kematian atau cedera lebih besar karena tertular virus tersebut.

Sekitar 50 juta dosis suntikan AstraZeneca telah didistribusikan di Inggris secara total. Data resmi yang dikumpulkan oleh pengawas obat-obatan Inggris, Badan Pengatur Produk Obat dan Kesehatan, menunjukkan setidaknya 81 warga Inggris telah meninggal karena komplikasi pembekuan darah yang tampaknya terkait dengan suntikan AstraZeneca.

| Baca Juga: Waspada! Covid-19 Dapat Menurunkan Kemampuan Kognitif Otak

Sejumlah korban lainnya yang belum dikonfirmasi, telah terluka dan cacat. Sebab itu, penyaluran vaksin Covid lebih lanjut telah meminimalkan penggunaan suntikan AstraZeneca atau menghapuskannya sepenuhnya di Inggris. Alternatifnya vaksin Pfizer dan Moderna.

Dengan tidak adanya permintaan dosis tambahan dari pejabat kesehatan, hal ini berarti vaksin tersebut telah ditarik kembali di Inggris. Risiko TTS setelah vaksin Covid AstraZeneca diperkirakan berada pada kisaran satu banding 50.000.

Meski begitu, suntikan AstraZeneca dianggap telah menyelamatkan sekitar 6 juta nyawa secara global selama pandemi Covid. (*)

Tags:

Leave a Reply