Karena anak sering kali belum bisa mendeskripsikan keluhan yang dirasakan secara verbal. Ini yang menjadi tantangan.
“Di sini kepekaan orang tua sangat lah krusial. Orang tua harus tanggap dan kritis jika mendapati anak mulai menunjukkan gejala-gejala mata kering. Termasuk segera memeriksakan ke dokter mata. Lebih dari itu, orang tua harus tegas memberlakukan batasan screen time kepada anak. Dengan disiplin menjalankan screen time yang bijak, harapannya anak bisa terhindar dari risiko mata kering,” ujar Niluh.
Niluh mengungkapkan bahwa Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mengeluarkan rekomendasi terkait screen time untuk anak-anak.
| Baca Juga: Bye bye Mata Panda! 6 Bahan Alami Ini Bisa Usir Kantung Mata
Untuk anak di bawah usia 1 tahun, IDAI merekomendasikan agar mereka tidak menatap layar gawai sama sekali. Anak usia 1-3 tahun sebaiknya memiliki screen time tidak lebih dari 1 jam per hari, dengan catatan khusus bahwa balita usia 1-2 tahun hanya diperbolehkan menatap layar untuk video chatting sebagai sarana komunikasi.
Bagi anak usia 3-6 tahun (pra sekolah), IDAI merekomendasikan screen time maksimal satu jam per hari, dengan penekanan pada semakin sedikit waktu layar, semakin baik.
Anak usia 6-12 tahun (masa sekolah) disarankan memiliki screen time maksimal 90 menit per hari. Sedangkan untuk anak usia 12-18 tahun (sekolah menengah), screen time sebaiknya tidak melebihi 2 jam per hari.
“IDAI mengeluarkan rekomendasi waktu screen time anak. Setiap umur anak memiliki waktu screen time yang berbeda. Hal ini dilakukan untuk menjaga kesehatan anak terutama mencegah mata kering pada anak,” tandas Niluh. (*)
Tags:Bahaya Gawai Bahaya Mata Kering Mata Kering Mata Kering Anak Screen Time Waspada Mata Kering