By: Azharul Hakim
1 October 2025

NYATA MEDIA — Upaya pencarian korban ambruknya bangunan Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny Sidoarjo kembali membuahkan hasil. Dua santri berhasil dievakuasi dari balik reruntuhan bangunan pada Rabu (1/10) sore.

Satu korban dievakuasi dalam kondisi meninggal dunia sekitar pukul 14.48 WIB, namun identitasnya masih belum diketahui.

Sedangkan satu santri bernama Syehlendra Haical Raka Aditya berhasil diselamatkan meski dalam keadaan lemas pukul 15.20 WIB.

Berdasarkan pantauan Nyata di lokasi, sesaat setelah berhasil dikeluarkan, Haical langsung mendapat bantuan oksigen di lokasi.

Petugas kemudian membawanya ke RSUD R.T. Notopuro Sidoarjo untuk mendapat perawatan lebih lanjut. Sementara korban meninggal dunia dibawa ke RSI Siti Hajar.

| Baca Juga : Mengenal Ponpes Al Khoziny Sidoarjo, Pesantren Tertua di Jatim yang Kini Diterpa Musibah

Kepala Basarnas Marsekal Madya TNI Mohammad Syafii mengatakan dua korban ditemukan di area A1 atau sekitar pintu masuk bangunan.

“Satu kondisi sudah meninggal dunia dan satu alhamdulillah mudah-mudahan pada saat tadi kita serah terimakan dengan tim medis. Mudah-mudahan yang bersangkutan cepat pulih dan sembuh sehat kembali,” katanya di lokasi pada Rabu (1/9).

Hingga saat ini, jumlah korban tewas akibat ambruknya ponpes yang berlokasi di Kecamatan Buduran, Sidoarjo tersebut tercatat empat orang.

Korban pertama yang mengembuskan napas terakhir yaitu Mualana Sefian Ibrahim, warga Kecamatan Pabean Cantikan, Kota Surabaya.

| Baca Juga : Evakuasi Musala Ambruk Ponpes Al Khoziny: 15 Santri Masih Terjebak, 7 Terindikasi Hidup

Dua korban meninggal lainnya yakni Mochammad Mashudulhaq, warga Kali Kendal, Dukuh Pakis, Surabaya, dan Muhammad Soleh asal Tanjung Pandan, Bangka Belitung.

Diberitakan sebelumnya, Tim SAR gabungan menemukan 15 titik lokasi keberadaan korban yang masih terjebak di bawah reruntuhan.

Hal itu diungkap Kasubdit RPDO (Pengarahan dan Pengendalian Operasi) Bencana dan Kondisi Membahayakan Manusia (KMM) Basarnas, Emi Freezer.

Dari jumlah itu, kata Emi, delapan titik berstatus zona hitam atau tidak menunjukkan tanda kehidupan. Sementara tujuh titik lainnya berstatus zona merah atau masih bisa berkomunikasi dengan tim penyelamat.

| Baca Juga : Fakta-fakta di Balik Runtuhnya Bangunan Ponpes Al Khoziny Sidoarjo

“Di tujuh titik kami hanya bisa mendeliver suplemen melalui celah kecil yang ada di main kolom yang ada di tengah,” kata Emi dalam konferensi pers di Posko SAR Gabungan, Rabu (1/10/2025).

Sementara itu, delapan titik lokasi korban dengan status hitam belum dapat dievakuasi. Pasalnya, tubuh mereka terhimpit kolom besar di lantai dasar bangunan.

Emi menambahkan, reruntuhan gedung itu dibagi menjadi tiga sektor atau zona. Sektor pertama ialah A1 yang berada di bagian depan.

Sektor kedua atau A2 berada di bagian belakang. Sedangkan sektor A3 terletak di bagian atas reruntuhan. Nah, dari 15 korban itu, sebagian besarnya berada di zona A1 dan A2.

Saat ini, fokus utama Tim SAR adalah memaksimalkan fase golden triangle 72 jam pascakejadian untuk menyelamatkan korban yang terdeteksi masih hidup.

Penyelamatan dilakukan dengan membuat akses berupa gorong-gorong dari bawah. Cara tersebut dipilih agar lebih aman bagi korban yang kemungkinan masih selamat.

“Waktu emas penyelamatan adalah 72 jam pertama atau golden period 3×24 jam. Setelah itu, akan dilakukan asesmen ulang. Bila korban yang sebelumnya responsif berubah tidak responsif, metode penyelamatan akan dikonsolidasikan ulang bersama pihak keluarga, termasuk kemungkinan penggunaan alat berat,” jelasnya.

Diketahui, bangunan musala tiga lantai di Ponpes Al Khoziny ambruk pada Senin (29/9/2025) sore.

Saat kejadian, ratusan santri tengah melaksanakan salat Ashar berjemaah di gedung yang masih dalam tahap pembangunan tersebut. (*)

Tags:

Leave a Reply