R umah produksi MD Pictures kembali membuat gebrakan di industri perfilman Indonesia. Badarawuhi di Desa Penari menjadi film Indonesia dan Asia Tenggara pertama, yang produksinya menggunakan kamera bioskop digital yang telah disertifikasi oleh IMAX. Pihak MD Pictures menjalin kerja sama dengan pihak IMAX, dalam penggarapan film Badarawuhi di Desa Penari.
“Ini film Made for IMAX pertama di Asia Tenggara,” kata Manoj Punjabi, produser sekaligus CEO MD Pictures saat ditemui di Gandaria XXI pada Rabu (6/3).
Sebagai informasi tahun ini, hanya ada 4 film berlabel Filmed for IMAX, yakni Dune: Part 2, Joker: Folie a Deux, dan Venom 3.
Selama ini film-film yang tayang di IMAX pada umumnya hanya berlabel Experience it in IMAX yang artinya hasil konversi. Manoj sudah memikirkan bahwa Badarawuhi di Desa Penari akan menggunakan format IMAX sejak penulisan skrip. Manoj sampai mendatangi pihak IMAX secara langsung, untuk mewujudkan keinginannya itu.
“Waktu di skrip saya sudah bayangkan ini harus di IMAX, tapi saya maunya bukan converted, kalau convert nggak ada istimewanya. Saya belum mengerti, apa sih IMAX doang? Waktu saya ke studio IMAX udah lihat mereka demo, mereka sudah bisa buat dan dapat greenlight,” kata Manoj.
| Baca Juga: Wow! Badarawuhi di Desa Penari Jadi Film dengan Biaya Produksi Fantastis
Manoj tak main-main dalam penggarapan Badarawuhi di Desa Penari. Ia berharap gebrakan baru yang dilakukannya, bisa semakin meningkatkan kualitas dan mutu perfilman Indonesia. Dengan penggunaan kamera khusus IMAX, film ini dipastikan menawarkan pengalaman sinematik yang lebih imersif.
Dengan demikian, semakin kuatlah pernyataan bila Badarawuhi di Desa Penari menjadi film termahal MD Pictures. Manoj secara eksplisit membenarkan hal itu. Meski tak menyebut angka pasti, Manoj memastikan bahwa biaya produksi film ini lebih besar dari karya-karya MD Pictures sebelumnya.
“Jadi ini yang termahal, kalau tanya biaya berapa, saya nggak mau tahu dulu, apa yang sudah terjadi, ya terjadi,” ujar Manoj.
Manoj mengatakan, pihaknya selalu beranggapan bahwa sebuah karya bukan tergantung dari biaya produksinya. “Saya dari MD kalau sudah bikin sesuatu, nggak pernah mau bikin film termahal, termahal bukan berarti terbagus,” ungkap pria berusia 51 tahun itu.
Walaupun demikian, Manoj memastikan bahwa film garapan sutradara Kimo Stamboel ini memiliki kualitas yang tinggi. Manoj pun menjelaskan setelah menyelesaikan proses syuting pada bulan Desember 2023, kini pihaknya telah meluncurkan judul, poster, dan jadwal tayang.
Siap Berhadapan Dengan Film Siksa Kubur
Tags:Aming Ardhit Erwanda Aulia Sarah Badarawuhi di Desa Penari Claresta Taufan Dinda Kanya Dewi Jourdy Pranata Manoj Punjabi Maudy Effrosina