By: Nadiah Sekar Ayuni
24 April 2025

Di usia di mana anak-anak bergerak aktif, Muhammad Agung membawa kisah yang sedikit berbeda. Sekilas, dia terlihat seperti bocah pada umumnya yang sehat dengan tubuh besar. Padalah sebenarnya dia salah satu penyintas brachial plexus injury (BPI).

Saat Tim Nyata mengamati, Agung memang bisa mengangkat benda ringan dengan bantuan tangan kirinya. Hanya saja pergelangan serta jari-jari tangan kanannya belum bisa digerakkan secara sempurna.

Ibunya, Erna menceritakan anaknya memiliki cedera brachial plexus karena kecelakaan kelahiran. Ada kesalahan saat bidan yang menangani, menariknya keluar dari jalan lahir sehingga beberapa otot sarafnya putus.

“Dari mulai bayi, dari kecelakaan proses kelahiran. Kan bayinya itu besar, 4 kg. Jadi nyantol di jalan lahir. Akhirnya ditarik sama bidannya. Tapi nariknya itu salah, kurang pas gitu,” jelasnya.

| Baca Juga: Kini Lumpuh, Kisah Pilu Idayani Penyintas Oriental Circus Indonesia

Awalnya, Erna tidak melihat ada yang salah dengan bayinya. Namun lambat laun dia menyadari tangan kanan Agung tidak berfungsi sebagaimana mestinya.

“Kayak nggak bisa gerak gitu. Dicubit juga nggak kerasa, kayak loyo gitu. Dia tengkurap itu sambil diambil tangannya,” ujarnya.

Sempat mengira ada tulang yang patah atau retak, ternyata setelah diperiksa baru diketahui ada saraf yang putus.

“Itu taunya cuma tulang retak (awalnya). Tapi setelah berobat kok tetap saja. Terus akhirnya saya bawa ke RSUD Dr. Soetomo. Nah, di situ langsung tahu kalau ini tuh namanya brachial plexus injury (BPI),” ucapnya.

“Jadi nggak cuma tulangnya retak, tapi sarafnya putus, katanya dokter gitu,” lanjutnya.

Sebagai ibu, Erna mengaku sangat sedih saat pertama kali mendengar kondisi anaknya yang saat itu masih bayi harus mengalami saraf putus.

“Waktu pertama kali tahu itu saya ya nangis. Apalagi lihat tangannya nggak bisa gerak gitu. Saya itu cuma bisa nangis,” akunya.

Tags:

Leave a Reply