Indonesian Fashion Chamber (IFC) kembali menghadirkan SPOTLIGHT Indonesia dengan membawa semangat kebaruan wastra nusantara dan mempromosikan fesyen berkelanjutan. Acara tersebut berlangsung pada 16-18 November 2023 di Pos Bloc, Jakarta. Menurut Riri Rengganis, Project Director Spotlight Indonesia, Kebudayaan Indonesia banyak ragamnya dan tidak selalu soal wastra. Hal inilah yang akan diperkenalkan dalam SPOTLIGHT tahun ini.
Pada tahun ini, tema yang dihadirkan adalah Culture: Then and Now. Dengan demikian, para desainer menghadirkan pakaian dengan konsep budaya Indonesia dari dulu hingga saat ini.
“Kalau tahun lalu karya yang digunakan adalah wastra Nusantara, kalau sekarang lebih luas dan mendalam. Namanya budaya tidak selalu wastra, tapi juga ada inspirasi-inspirasi budaya Indonesia dari dulu sampai sekarang,” kata Riri saat opening ceremony SPOTLIGHT Indonesia di Pos Bloc Jakarta, Kamis (16/11).
| Baca Juga: JMFW 2024 Tampilkan Perpaduan Sempurna Wastra Nusantara dalam Modest Fashion
Sejalan dengan Riri Rengganis, Ali Charisma, National Chairman Indonesian Fashion Chamber menambahkan, bahwa feysen adalah tentang masa depan dan kekayaan latar belakang budaya adalah kekuatan kita.
“Maka dari itu, SPOTLIGHT menyatukan masa lalu dan masa depan untuk mewujudkan identitas produk industri fesyen Indonesia yang berkarakter dan kekinian,” ujar Ali.
Untuk itu, dalam acara ini, para desainer memamerkan karyanya dengan menggunakan kain-kain wastra Indonesia. Walaupun demikian, pakaian yang ditampilkan tidaklah membosankan. Semuanya produk ready to wear yang dapat dipakai sehari-hari.
“Di runway Spotlight kita pakai wastra atau mengangkat inspirasi budaya lokal tapi harus ready to wear, gampang dipakai siapapun. Jangan terlalu nyeni. Kita benar-benar sudah memilih pakaian yang mudah dipakai dan dijual, bukan karya seni, bukan sesuatu yang dibuat untuk ekspresi saja,” ujar Riri.
Berkelanjutan

Selain itu, acara ini juga sebagai bentuk untuk mempromosikan Indonesia sebagai sebuah destinasi global untuk produk busana siap pakai (ready-to-wear) berbasis konsep berkelanjutan (sustainability) yang mengedepankan penggunaan wastra, budaya, dan sumber daya lokal dalam pengerjaannya.
“Fesyen berkelanjutan sudah menjadi kebutuhan di seluruh dunia dan gerakannya sudah besar sekali. Indonesia sebenarnya sudah melek pada kasus keberlanjutan itu, UMKM kita punya kelebihan di sana, seperti budaya kerajinan tangan, memberdayakan masyarakat lokal, itu kan termasuk bagian dari fesyen berkelanjutan,” kata Riri.
Mengingat perkembangan industri fesyen di Indonesia yang semakin berkembang pesat, Ali optimis masyarakat Indonesia juga bisa berkembang dalam penerapan sustainable fashion yang mendukung pengurangan limbah dunia.
Berdasarkan tema yang diusung, Ali melihat ada banyak perbedaan industri fashion Indonesia saat ini dan terdahulu. Salah satunya adalah soal kesadaran sustainable fashion yang mulai diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Karena itu, pakaian-pakaian yang dipamerkan di acara ini sudah melewati proses yang cukup ketat dengan kriteria seputar sustainable dan etnik khas Indonesia.
“Harus ada sustainable dan ethnical practice yang harus dikerjakan,” kata Ali.
| Baca Juga: JMFW 2024 Tampilkan Rekomendasi Gaya Modest Kekinian
Konsep sustainable fashion ini harus diketahui oleh banyak orang mengingat tingginya jumlah limbah dari industri fashion di negeri ini. Bahkan, saat ini Indonesia menduduki peringkat kedua sebagai negara penyumbang limbah terbesar di dunia setelah industri minyak.
Lewat acara SPOTLIGHT ini, Ali Charisma berharap tidak hanya para desainer tetapi juga semua pecinta dan pengguna fashion agar konsisten menerapkan prinsip sustainable fashion tersebut. Dengan begitu, Indonesia memiliki potensi untuk berkembang lebih baik ke depannya hingga bersaing di kancah internasional.
Di pagelaran SPOTLIGHT Indonesia kali ini, lebih dari 100 desainer, jenama, dan institusi pendidikan, menunjukkan koleksi dengan mengangkat wastra atau inspirasi budaya Indonesia dan konsep sustainability yang mencakup kategori formal wear, casual/street wear, men’s wear, hingga modest wear.
Untuk memperluas kiprah SPOTLIGHT Indonesia di mancanegara, SPOTLIGHT Indonesia bersinergi dengan ASEAN Fashion Designers Showcase (AFDS) menghadirkan guest designer dari ASEAN, yaitu Terry Yeo dari Singapura, BILANG dan Fadzil Hadin dari Brunei Darussalam, dan Pitnapat Yotinratanachai dari Thailand.
Busana Wanita Modern dan Elegan

Salah satu desainer Indonesia yang tampil di hari pertama adalah Brilianto yang mengusung tema Samudra. Koleksinya ini mewakili Tampilan Kota dengan latar belakang alam lautan. Dengan sentuhan warna dasar seperti hitam dan putih, indigo dan abu muda, Brilianto menghadirkan gaya padu padan yang merupakan gabungan antara Tampilan Kantoran dan Tampilan Perjalanan, Kota Kontemporer, dan Tampilan Santai Kontemporer dalam padanan desain dan pilihan siap pakai.
| Baca Juga: Kala Keindahan Wastra Nusantara Dipadukan dengan Fesyen Berkelanjutan
Untuk koleksinya ini, Brilianto menggunakan kain Jumputan Palembang. Mengambil inspirasi dari estetika Samudra, elemen ini dihadirkan dalam detil potongan minimalis yang dominan dengan potongan asimetris dan bergelombang seperti Atasan Tumpuk Asimetris, Gaun berkelim asimetris, Jaket dengan kantong bergelombang dan Kulot Bergelombang. Untuk tampilan yang lebih santai, Brilianto menyediakan serangkaian gaun panjang, jaket panjang, blus dengan tambal sulam and detil sashiko.
Selain itu, Hengki Kawilarang yang juga hadir di hari pertama menampilkan koleksi Djawadwipa. Bagi Hengki, pulau Jawa seakan tidak pernah habis cerita, budaya, alam dan seninya untuk dijadikan fokus utama dalam karyanya. Dalam koleksinya kali in, Hengki membuat beberapa gaun mewah dan elegan berkesan opulance, dengan sentuhan batik tulis Prada dalam motif floral yang indah.
Detail yang apik juga permainan warna emas, hitam yang elegan, terinspirasi dari ningratnya orang Jawa. “Koleksi ini ditujukan untuk wanita Indonesia dengan glamorama dan style modern,” tutur Hengki. (Omi).
Tags:Event Fashion 2023 spotlight indonesia