By: Azharul Hakim
12 November 2025

NYATA MEDIA — Seorang bocah berumur 7 tahun mengikuti kuliah dasar kimia, di Nanyang Technological University (NTU), Singapura, pada Kamis terakhir, September 2025 lalu. Itu adalah kehadirannya yang ke tiga. Yang pertama pada bulan Agustus.

Theodore Asher Kwan, nama bocah itu, memang bukan mahasiswa NTU. Dia hanya datang untuk mendalami Dia ada di sana hanya untuk mendalami teori kimia tingkat lanjut, yang selama ini membuatnya penasaran. Salah satunya adalah teori orbital molekul, yang menjelaskan prilaku elektron dengan mekanika kuantum.

Suka Kimia

Memang tidak lazim, seorang bocah mempelajari teori itu. Bahkan mengikuti kuliah dasar itu pun sudah terbilang aneh. Tetapi itulah sulung dari dua bersaudara ini. Sejak masih balita, dia sudah menyukai hal-hal yang bersifat science. Khususnya kimia.

Dengan IQ 154, yang terbilang super, Theodore memang mampu mempelajari teori apa pun yang dia sukai. Termasuk teori orbital molekul yang sore itu dibawakan oleh dosen senior kimia NTU, Dr Sumod Pullarkat.

| Baca Juga : Cerita Matthew Hutama, Siswa Semarang Peraih Perak Olimpiade AI Dunia

Kehadiran Theodore Asher Kwan di forum itu memang atas undangan Sumod. Karena dosen senior ini tahu minat Theodore terhadap kimia dan sains. Ibunya, dr Crystal Tang yang kini sedang menyelesaikan program PhD (doktoral)nya di NTU adalah teman Sumod.

Dan sebelum datang ke kuliah Sumod, putera sulung pasangan Kwan Jung Hong dan Crystal itu sudah mengantongi sertifikasi internasional pendidikan menengah umum (IGCSE) bidang Kimia dan Matematika dengan nilai A. Dia mengikuti ujian itu April lalu, saat usianya baru 6 tahun 10 bulan.

Dengan sertifikat tersebut, seorang pelajar setingkat SMA bisa masuk perguruan tinggi tanpa tes. Fakultasnya, tentu saja, harus yang mata kuliahnya tercantum di sertifikat.

Bagi mereka yang sudah atau akan bekerja, sertifikat itu meningkatkan peluang mereka untuk diterima di perusahaan besar, berskala internasional atau yang ada di luar negeri.

| Baca Juga : Kisah Pilu Misca Mancung, Eks Artis Cilik yang Kini Dibully Karena Berjualan

Theodore Asher Kwan mengikuti ujian IGCSE untuk Kimia Lanjutan itu pada 30 April 2025. Saat usianya belum genap tujuh tahun.

Home Schooling

Sejak kecil, Theodore Asher Kwan tidak pernah mengenyam bangku sekolah. Dia home schooling. Yang mengajar ibunya sendiri, Crystal yang dokter dan kini sedang menyelesaikan PhD-nya di bidang kedokteran, di NTU.

Menurut ayahnya yang punya usaha kecil, “Theodore juga punya kemampuan yang luar biasa di bidang matematika. Bahkan sebelum bia berjalan dengan sempurna, dia sudah bisa mebagi 12 mainannya dalam empat kelompok, masing-masing tiga. Atau jadi dua grup, masing-masing enam. Dan tiga grup, masing-masing empat mainan.”

Ketika umurnya masih 4 tahun 9 bulan, pada tahun 2023, “Dia bisa meraih nilai perfect di kompetisi matematika Singapore Math Kangaroo Competition yang untuk anak yang lebih besar darinya. Setahun kemudian, dia ikut lagi kompetisi yang sama untuk tingkat yang lebih tinggi lagi. Nilainya juga perfect,” tutur Jung Hong tentang Theodore.

| Baca Juga : Aktris Goo Hye Sun Kini Jadi CEO, Bikin Inovasi Roll Rambut Lipat

Karena usianya saat itu jauh di bawah kategori kompetisi yang diikuti, pada 18 Agustus 2025 lalu, Theodore dinobatkan sebagai peserta termuda dan pertama yang mendapatkan nilai sempurna di semua kategori, saat mengikuti Vanda National Junior Science Olympiad. Saat itu, Theodore ikut yang untuk grade 3.

Jung dan Crystal sangat bersyukur anaknya diizinkan ikut kuliah Dr Sumod itu. “Ini wadah yang baik untuk meningkatkan kemampuan anak-anak berbakat seperti Theodore. Semoga di masa depan semakin banyak wadah pengembangan bagi anak-anak seperti anak kami ini,” kata Crystal.

“Sebelum umurnya genap tiga tahun, dia sudah bertanya, mainannya terbuat dari apa. Saya jawab plastik. Dia bertanya lagi, plastik itu terbuat dari apa. Dan dia tidak akan berhenti bertanya, sampai saya tuntas menjelaskan tentang molekul dan atom yang terkait dalam pembuatan mainan plastik itu,” jelas ibu dua anak itu.

Tetap Anak-Anak

Hal yang paling dikagumi banyak orang yang mengenal Thodore adalah, “Saat di luar kelas, dia anak-anak. Yang tingkah dan omongannya ya seperti anal-anak lain seusianya. Tapi saat di kelas, baik saat kuliah berlangsung maupun sesudahnya, dia ikut bertanya kepada profesor. Dan pertanyaannya selalu yang paling berbobot,” tutur Constance Han. Mahasiswi berumur 21 tahun yang akrab dengan Theodore.

| Baca Juga : Keajaiban Tuhan, Alex Simpson Bertahan Hidup Meski Lahir Tanpa Otak

“Saya heran, bocah seumur dia kok paham dengan pelajaran terapan kimia di politeknik. Dia bahkan tahu apa itu pasangan elektron bebas. Dia juga paham bahwa elektron-elektron bebas itu menempati lebih banyak ruang,”

“Sifat kanak-kanaknya terlihat saat istirahat kuliah. Dia bisa berlarian keliling ruang kuliah dan memainkan apa saja yang menariknya,” kata Zhou Tianya, mahasiswi lain yang juga berteman dengan Theodore.

Di Luar Dugaan

“Saya ingat saat dia memasuki ruang kuliah. Ya anak-anak. Menuju ke bangkunya dengan digandeng ibunya. Pakai kaos dengan celana jeans yang bawahnya digulung karena kepanjangan. Pakai sandal, bawa botol minum dan notepad yang cover-nya warna warni. Persis seperti siswa kelas satu SD yang baru masuk kelas,” kata Dr Sumod tentang mahasiswa ciliknya itu.

“Mulanya saya ragu, apa ya bocah sekecil itu bisa mengikuti kuliah saya tentang teori orbital molekul, yang menjelaskan prilaku elektron dengan menggunakan mekanisme quantum,” tambahnya.

Meski ragu, Dr Sumod tetap mengundang Theodore ke kuliahnya. Rasa penasaran dengan cerita dr Crystal Tang mendorongnya untuk membuktikan. “Dan saya terkejut oleh pertanyaan-pertanyaannya. Dia juga bisa berargumen, kalau respons saya dirasa tak menjawab pertanyaannya,” tutur Dr Sumod.

| Baca Juga : Kisah Marsinah, Aktivis Buruh yang Diberi Gelar Pahlawan Nasional

Selalu Haus Ilmu

“Theodore selalu haus ilmu. Dia selalu ingin mempelajari apa pun, yang dia ingin tahu. Makanya kami bersyukur sekali dia bisa ikut kompetisi sains untuk anak-anak yang sekolahnya lebih tinggi. Dan mengikuti kuliah kimia yang sangat dia sukai. Tapi jujur, kami tidak tahu, sampai kapan kami bisa memenuhi keinginan belajarnya,” kata Crystal tentang masa depan anak sulungnya itu.

Sebab, lanjutnya, “Anak-anak seperti Theodore ini biasanya melanjutkan sekolah ke luar negeri. Yang pasti biayanya sangat mahal.”

Tahun 2024 lalu, Menteri Pendidikan Singapura pernah mengajukan permohonan ke Parlemen agar mengizinkan anak-anak luar biasa seperti Theodore itu bisa mengikuti kuliah. Meski umurnya belum memadai.

Tahun 2019 lalu, ada satu anak seperti Theodore di Singapura, yang bisa masuk perguruan tinggi lokal. Tapi setelah itu tak ada lagi.

Ingin Hidup di NTU

Saat ini perkuliahan di NTU sedang break. Jadi Theodore pun ikut libur, tidak bisa datang ke kampus.

“Tiap hari dia tanya, kapan kuliah lagi. Dia bilang, dia ingin tinggal di NTU. Supaya tiap hari bisa belajar kimia,” ungkap dr Crystal.

Baca kisah selengkapnya di Tabloid Nyata Edisi 2832, Minggu ke II, November 2025

Tags:

Leave a Reply