By: Padnya
12 November 2025

Dari 20 peserta, Matthew terpilih bersama sembilan peserta lainnya untuk menjalani pemusatan latihan (pelatnas) tahap 1 di Jakarta. Di sinilah mereka mulai dibekali dengan materi dasar AI, yakni Machine Learning (ML), bagaimana cara komputer diajari untuk bisa belajar sendiri dari data dan membuat prediksi, mirip seperti komputer dilatih agar punya ”naluri” dan Computer Vision (CV), kemampuan komputer untuk ”melihat” serta memahami gambar atau video, layaknya mata manusia.

Mereka dibimbing oleh Koordinator Pembina IOAI, Musthofa, serta Head Coach Indonesia National AI Team, Nyoo Steven Christopher Handoko, dibantu Jaycent Gunawan Ongris, dan Eduardus Tjitrahardja.

| Baca Juga: Kisah Marsinah, Aktivis Buruh yang Diberi Gelar Pahlawan Nasional

Setelah pelatnas tahap 1, hanya empat yang terpilih menjadi delegasi resmi Indonesia. Selain Matthew, ada Faiz Rizki Ramadhan dari MAN Insan Cendekia Serpong, Jayden Jurianto dari SMAS 1 Kristen BPK Penabur Jakarta dan Luvidi Pranawa Alghari dari SMP Pribadi Depok.

Empat delegasi ini kemudian melanjutkan pelatnas tahap 2. Di tahap ini, materinya makin mendalam, terutama tentang Machine Learning (ML) dan Natural Language Processing (NLP), menguji kemampuan AI untuk memahami dan mengolah bahasa manusia.

Tim pembimbing diperkuat dengan dua dosen Teknik Ilmu Komputer Universitas Indonesia (UI). Karena waktu yang dimiliki cukup mepet, pembinaan dilakukan lebih intensif.

Setiap hari, selama delapan hari penuh, Matthew dan rekan-rekannya harus mengerjakan dua hingga tiga soal. Dengan setiap hari pemberian materi yang berbeda-beda.

| Baca Juga: Momen Haru Kepulangan Bilqis, Balita asal Makassar yang Hilang Diculik saat Bermain

”Jadi empat delegasi itu setiap harinya di rolling ya, dapat materi yang beda dengan pembimbing yang berbeda. Selain itu kita juga diberikan soal sebanyak tiga yang kemudian dipecahkan masalahnya dengan membuat model AI yang bisa memprediksi sesuatu. Latihannya seperti itu setiap hari,” tutur remaja berkacamata itu.

”Kita sebenarnya mulai pelatnasnya itu agak mepet dari tanggal kompetisinya. Bisa dibilang tidak selama negara-negara yang lainnya,” curhatnya.

Hingga pada 2 Agustus, Matthew dkk berangkat ke China. Kompetisi digelar selama dua hari, yakni 5-6 Agustus di Beijing National Day School.

Panitia menyajikan tiga tugas yang harus dipecahkan menggunakan kecerdasan buatan. Dalam kurun waktu enam jam. Tugas-tugas itu termasuk mengklasifikasikan piksel radar, membuat heatmap untuk menghitung ayam, dan membuat AI pemberi petunjuk untuk permainan tebak-tebakan.

Tags:

Leave a Reply