Sustainable Muslim Fashion ISEF 2021 memberikan pengalaman berbeda bagi para desainer. Sebab mereka diminta mempresentasikan karyanya di atas runway dengan konsep teatrikal.
”Enam desainer dituntut bercerita, menyampaikan story telling yang positif tentang brand fashion, program sustainable fashion, serta dampak sosial dan lingkungan itu seperti apa,” terang National Chairman Indonesian Fashion Chamber (IFC) Ali Charisma.
Busana muslim dari bahan tenun, songket dan batik banyak diangkat oleh para desainer. Seperti pada hari pertama (27/10) kemarin, desainer Deden Siswanto menampilkan koleksi unik dengan mengangkat kain songket Aceh.

| Baca juga: 157 Desainer Busana Muslim Ramaikan ISEF 2021
Terinspirasi dari tari Saman, Deden mencoba menyulap keindahan songket Aceh menjadi busana muslim ready to wear. ”Lewat koleksi ini, saya ingin membuktikan bahwa kain songket juga bisa dipadukan dengan bahan lain, seperti linen,” ujar Deden.
”Jadi tidak hanya dipakai untuk pakaian tradisional, serta bisa dipakai siapa pun dan kapan pun. Satu baju bisa di-mix and match-kan,” imbuh pria yang memulai karirnya sebagai desainer profesional sejak tahun 2000 itu.
Filosofi Unik
Pada hari ke dua Kamis (28/10), Fashion Presentation menampilkan koleksi OLANYE by Eko Tjandra X Pyo Jewelry, Songket by Kabupaten Batubara, Elsiera X Tya’s dari Islamic Fashion Institute, Thiffa Qaisty X Rorokenes, IR & IR, Aninda Nazmi, dan Agung Bali Collection X Wati Bahalap.

Sedang Nina Septiana yang mengusung label Nina Nugroho menampilkan koleksi busana kerja bertema Janggawari. Tema ini diambil dari nama sebuah kain tenun nan unik dan langka yang berasal dari Suku Baduy, Banten, Jawa Barat.
”Filosofi menenun, terutama kain tenun Janggawari ini menarik diangkat, karena terkait dengan pemberdayaan perempuan dalam hal menjaga fitrah dan harga dirinya, sekaligus menjaga kedisiplinan dan sosial budayanya,” terang Nina kepada tabloidnyata.com.
Tags:ISEF 2021