By: Adherina
17 August 2021

Aktivis kemanusiaan asal Pakistan, Malala Yousafzai langsung khawatir tentang perempuan dan kaum minoritas Afghanistan setelah Taliban menguasai negara itu. Sebab dia tahu apa yang akan terjadi pada mereka. “Kami sangat terkejut ketika melihat Taliban menguasai Afghanistan,” cuitnya. “Saya khawatir akan nasib perempuan, kaum minoritas dan pembela hak asasi manusia,” imbuhnya.

Karenanya aktivis berusia 24 tahun itu menyerukan agar dunia turun tangan. “Kekuatan global, regional dan lokal harus menyerukan gencatan senjata segera. Kalian juga harus memberikan bantuan kemanusiaan segera dan melindungi pengungsi serta warga sipil.”

Perempuan, anak-anak dan kaum minoritas Afghanistan yang jadi fokus kekhawatiran Malala Yousafzai (Foto: Reuters)

Malala Yousafzai sangat peduli perempuan, kaum minoritas dan pembela hak asasi manusia Afghanistan, bukan hanya karena dia seorang aktivis. Namun dia sendiri pernah menjadi korban Taliban. Dia baru berusia 11 tahun ketika terpaksa melarikan diri dari Lembah Swat Pakistan ketika Afghanistang diambil alih oleh Taliban pada tahun 2008. Sejak saat itu, anak-anak perempuan dilarang pergi ke sekolah.

Saat berusia 15 tahun, Malala berbicara secara terbuka pentingnya pendidikan bagi perempuan. Saat itulah dia ditembak pria Taliban bersenjata dan bertopeng, saat perjalanan pulang dari sekolah pada Oktober 2012.

Cuitan Malala di Twitter (Foto: Twitter Malala)

Malala diterbangkan ke Inggris dan dirawat di Rumah Sakit Queen Elizabeth di Birmingham. Setelah sembuh, Malala melanjutkan aktivitasnya. Mendirikan badan amal Malala untuk pendidikan anak perempuan. Tahun lalu dia lulus dari Universitas Oxford bidang filsafat, politik, dan ekonomi.
Pada Desember 2014, dia mendapat Nobel Perdamaian, sekaligus jadi yang termuda peraih penghargaan itu.

Malala dan teman-temannya di Universitas Oxford (Foto: Twitter Malala)

Dalam bukunya tahun 2013, I Am Malala, dia menggambarkan Taliban menyerang lembahnya, menutup dan menghancurkan sekolah-sekolah perempuan. Setiap saat dia merasakan ketakutan akibat tembakan terus menerus. Setelah dua dekade kehadiran militer di Afghanistan, gerilyawan Taliban dengan cepat mengambil alih negara itu dalam beberapa pekan terakhir dan merebut ibu kota, Kabul, pada hari Minggu dengan sedikit perlawanan.

Juru bicara Taliban mengatakan mereka sekarang akan memulai proses pembentukan pemerintahan, menyatakan bahwa mereka menginginkan transisi kekuasaan yang damai dan bahwa mereka menghormati hak-hak perempuan dan kebebasan untuk minoritas di bawah hukum syariah.(*)

Tags:

Leave a Reply