By: Naomi Nilawati
3 June 2024

Penyakit jantung dan pembuluh darah (kardiovaskular) masih menjadi penyebab kematian utama di dunia. Hal itu dipicu oleh banyak faktor, seperti perilaku gaya hidup masyarakat yang tidak sehat.

Saat ini, serangan jantung tidak hanya menghantui kelompok usia tua, tapi juga menjadi ancaman kalangan anak muda. Sebab sudah banyak kasus penyakit jantung yang ditemukan pada usia 20-an.

Dokter RS Pondok Indah – Puri Indah, dr. Johan Winata, Sp. J. P, Subsp. K. I (K), FIHA, mengungkap kematian dini dan penurunan kualitas hidup menjadi konsekuensi serius bagi mereka yang menderita penyakit jantung koroner di usia muda.

Penderita mengalami keterbatasan aktivitas fisik dan berisiko tinggi terkena komplikasi serius lainnya.

“Penyakit ini juga berdampak pada kesehatan mental dan meningkatkan beban finansial keluarga. Oleh karena itu, langkah pencegahan seperti gaya hidup sehat, mengelola faktor risiko, dan pemeriksaan kesehatan rutin sangatlah penting untuk deteksi dini dan pencegahan risiko penyakit jantung koroner,” ujar Johan di acara temu media, baru-baru ini.

| Baca Juga: Kondisi Terbaru Donny Kesuma Usai Alami Serangan Jantung

Kesadaran akan pentingnya deteksi dini pada usia produktif melalui pemeriksaan kesehatan rutin perlu ditingkatkan. Deteksi dini membantu mencegah penyakit berkembang dan komplikasi serius.
“Deteksi dini bertujuan untuk mencegah penyakit. Jika sudah muncul gejala, itu artinya penyakit sudah ada,” ungkap Johan.

Waspadai Risiko Penyakit Jantung

Bicara tentang serangan jantung, Johan mengungkap secara umum sekitar 70 persen ditandai gejala nyeri dada bagian tengah, baik pria dan wanita.

“Kualitasnya yang beda. Ada yang merasa seperti ditusuk, sensasi terbakar atau ditindih beban berat. Nah, yang 30 persen lagi bisa tidak sama pada tiap orang. Ada yang sakit di ulu hati menjalar di bagian leher, sakit punggung hingga lengan kiri,” ujarnya.

Menurutnya, yang menjadi masalah adalah gejala awal. “Gejala awal serangan jantung biasanya muncul saat aktivitas. Umumnya banyak orang Indonesia aktivitasnya sedikit atau kurang. Jadi bagaimana mau tahu ada gejala? Ini bukan berarti serangan jantung nggak ada gejala, karena aktivitasnya saja yang kurang makanya gejala tidak muncul. Saat muncul gejala biasanya penyakitnya sudah berat,” jelas Johan.

Lebih lanjut Johan mengungkapkan bahwa serangan jantung tidak datang dengan tiba-tiba. “Orang serangan jantung itu ada pencetusnya, tidak tiba-tiba. Paling sering tekanan darah tinggi. Pemicu tekanan darah tinggi di antaranya konsumsi banyak garam. Selain itu, kadar gula darah sangat tinggi atau sangat rendah juga bisa memicu serangan jantung. Orang tidur dengan sleep apnea rentan mengalami serangan jantung,” ungkapnya.

| Baca Juga: Arnold Schwarzenegger Beberkan Momen saat Dirinya Ketahuan Selingkuh: Jantung Rasanya Berhenti!

Yang perlu diperhatikan, serangan jantung memiliki waktu krusial (golden period) untuk diselamatkan sejak gejalanya datang. “Sejak awal serangan dalam 120 menit harus diberikan pertolongan medis. Sumbatan harus dihilangkan agar kembali lancar,” kata Johan.

Johan mengingatkan, bila seseorang mengalami nyeri ulu hati atau rasa badan tidak enak bahkan keringat dingin yang tidak biasa, segera konsultasi ke dokter. “Bila mengalami gejala seperti itu lebih baik ke dokter. Agak parno sedikit nggak apa-apa lebih baik dibawa ke rumah sakit,” papar Johan.

Selain itu, pasien dengan diabetes melitus untuk kontrol gula darah. “Sumbatan pada penyandang diabetes dengan gula darah tidak terkontrol bisa saja tidak ada gejala,” ujarnya.

Namun, pada kondisi neuropati diabetik yang menyerang saraf perifer, nyeri dada yang timbul bukanlah karena sakit jantung. “Saat jantung kekurangan aliran darah, kekurangan makanan, maka akan kirim pesan ke otak. Dari otak akan kirimkan sinyal ke kita, bisa kirim ke bagian tubuh mana saja, misalnya tulang belakang yang dirasakan sebagai sensasi nyeri,” papar Johan.

Sementara pada hipertensi, kemungkinan timbul karena gaya hidup atau genetik. Johan mengatakan, “Harus dideteksi dulu apa penyebab hipertensi, apakah karena lifestyle atau genetik. Kalau karena gaya hidup, dengan pengaturan makan dan olahraga, mengurangi berat badan mungkin tekanan darah bisa turun. Namun jika sudah melakukan perubahan gaya hidup namun tekanan darah tak kunjung turun, selama menunggu tensi normal perlu diintervensi dengan obat.”

| Baca Juga: Pedangdut Senior Connie Nurlita Meninggal Dunia. Diduga Alami Serangan Jantung

Faktor risiko serangan jantungnya adalah kolesterol tinggi. Menurut Johan, untuk kasus kolesterol LDL (kerap disebut kolesterol jahat) mencapai angka 190 apa pun alasannya harus diberi obat. Untuk kolesterol total misalnya 180, maka diupayakan dulu dengan intervensi pengaturan pola makan.

“Misalnya batasi makanan berlemak, bertepung. Kemudian dilihat selama satu bulan, apakah turun atau tidak. Jika tidak turun berarti kemungkinan faktornya genetik, harus dibantu dengan obat,” jelas Johan.

Lebih jauh, Johan juga menyoroti pembentukan plak di pembuluh darah di usia muda, bahkan di usia 10 tahun. “Aterosklerosis sudah mulai usia 10 tahun menurut riset. Progresivitas beda tiap orang. Ada yang landai sampai usia 70 tahun cuma progress 10 persen. Ada yang cepat, tergantung faktor risiko,” ujarnya.

Bagi orang dengan kolesterol tinggi karena genetik atau diturunkan dalam keluarga sebaiknya melakukan deteksi dini, misalnya dengan CT Scan. “Dengan alat CT Scan akan ketahuan apakah ada benih kolesterol tinggi. Jika memang ada, akan dikasih obat untuk mencegah penumpukan plak,” ujar Johan. (*)

Tags:

Leave a Reply