Sejak beberapa tahun terakhir, banyak orang mungkin mulai menyadari akan bahaya gangguan tiroid. Hormon tiroid sebenarnya sangat dibutuhkan untuk memastikan jaringan dan organ tubuh bekerja dengan baik, meregulasi tubuh dalam menggunakan energi, menjaga tubuh tetap hangat, serta menjaga otak, jantung, otot dan organ lain bekerja sebagaimana mestinya. Karenanya, kelainan pada kelenjar tiroid, termasuk yang bersifat hormonal, bisa menyebabkan metabolisme tubuh terganggu.
Namun, belum banyak yang mengetahui bahwa lebih dari 40% penderita gangguan tiroid mengalami komplikasi pada mata, kerap disebut penyakit mata tiroid. Proptosis alias eksoftalmus merupakan salah satu kondisi mata tiroid yang kerap dijumpai di tengah masyarakat, ditandai dengan mata yang cenderung menonjol dari lubang mata. Umumnya, penonjolan sepanjang 2 mm atau lebih dianggap abnormal.
“Pada penyakit mata tiroid, satu atau kedua bola mata penderitanya menonjol ke depan akibat pembengkakan pada otot atau jaringan lunak sekitar bola mata,” ujar Dr. Alia Arianti, SpM, Dokter Spesialis Mata Neuro-Oftalmologi JEC dan Ketua Layanan JEC Thyroid Eye Center dalam temu media virtual beberapa waktu lalu.
Perlu diketahui, pengidap gangguan tiroid mencapai jutaan orang di seluruh dunia. Di Eropa, prevalensinya berkisar 0‒8%, sementara di Amerika Serikat antara 1‒3%, dan di Asia Tenggara mencapai lebih dari 25%. Saat ini diperkirakan sekitar 27% dari keseluruhan pasien kelainan tiroid di dunia berada di Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Diprediksi, Indonesia merupakan negara dengan penderita gangguan tiroid terbanyak di Asia Tenggara (kisaran 17 juta jiwa – atau 6,5% dari jumlah total secara global).
Gangguan tiroid pun menempati posisi kedua sebagai penyakit metabolik terbanyak setelah diabetes melitus di Indonesia. “Di JEC, sepanjang 2022 telah menangani 96 kasus mata tiroid. Di Indonesia 40 persennya (mata tiroid) mengalami masalah mata dan kebutaan,” tutur Alia.
Alia menerangkan, kasus mata tiroid bisa memiliki derajat ringan, sedang, berat hingga sangat berat. Namun bila seseorang mengalaminya bisa menyebabkan gangguan fungsi penglihatan ganda, juling, gangguan saraf optik yang terjepit hingga kebutaan permanen.
|Baca Juga: Bahaya Filler Bibir Kupu-Kupu yang Sedang Digandrungi Seleb Hollywood
Dia mengatakan, gejala mata tiroid kerap disepelekan karena dianggap umum, di antaranya mata melotot, kemerahan di bagian putih mata, mata kering dan mata berair. “Padahal, jika penanganan tidak tepat, penderita mata tiroid juga terancam fungsi penglihatannya yaitu pandangan ganda, penurunan ketajaman penglihatannya, hingga terjadi kebutaan,” tutur Alia.
Dokter spesialis mata JEC itu lebih lanjut menguraikan, mata tiroid tak bisa dilepaskan dari gangguan tiroid; yaitu kondisi ketidaknormalan pada kelenjar tiroid, yang terletak di leher bagian depan bawah, berupa perubahan bentuk kelenjar maupun perubahan fungsinya. Kelenjar tiroid memiliki fungsi memproduksi hormon tiroid, bila berlebihan disebut hipertiroid dan bila tidak mencukupi disebut hipotiroid.

Banyak Dialami Perempuan
Telah diketahui bahwa hormon tiroid sangat dibutuhkan untuk memastikan jaringan dan organ tubuh bekerja dengan baik, mengatur tubuh dalam menggunakan energi, menjaga tubuh tetap hangat, serta menjaga otak, jantung, otot dan organ lain bekerja sebagaimana mestinya. “Kelainan pada kelenjar tiroid, termasuk yang bersifat hormonal, bisa menyebabkan metabolisme tubuh terganggu, termasuk dalam hal ini memicu mata tiroid,” jelas Alia.
Menurut Alia, gejala mata tiroid lebih rentan terjadi pada perempuan. Namun bisa juga dialami laki-laki.
“Iya, seringnya pada perempuan. Tapi pada laki-laki bisa lebih berat. Mungkin karena hipertiroid cenderung dialami oleh perempuan,” ujarnya.
Penyakit ini pun bisa menyerang anak-anak meskipun kasusnya jarang. “Bisa terjadi, tapi jarang karena hipertiroid ini sering dialami oleh wanita di usia produktif.”
Kalangan yang memiliki faktor risiko mata tiroid lebih tinggi, antara lain perempuan, perokok, usia lanjut, kontrol hormon tiroid yang buruk, pasca tindakan radioactive iodine, komorbiditas seperti diabetes melitus, pemicu stres, serta durasi hipertiroid yang lama.
Dr. Referano Agustiawan, SpM(K), Direktur Utama RS Mata JEC @ Menteng, penanganan mata tiroid mesti dilakukan secara menyeluruh karena kaitan eratnya dengan penyakit tiroid yang berdampak pada metabolisme tubuh. “Artinya, penanganan terhadap pasien mata tiroid harus terintegrasi dengan disiplin medis lainnya. Selain dokter mata, penanganan mata tiroid harus diperkuat oleh gabungan tim dokter spesialis penyakit dalam konsultan endokrinologi dengan tim dokter spesialis mata,” ujarnya.
Untuk penanganan gejala mata tiroid, jelas Referano, perlu terapi baik dengan obat-obatan maupun operasi.
“Mata tiroid ini sistemnya penyakitnya sistemik yang mempengaruhi mata dari depan sampai belakang. Sering terjadi penderitanya mengalami mata kering. Kita punya para dokter sub spesialis air mata yang menanggulangi itu,” katanya.
Begitu juga bila ada pasien yang mengalami pandangan ganda, yang terjadi akibat ketidakseimbangan kerja otot. Ia akan ditangani menyeluruh oleh dokter yang ahli di bidangnya.
“Pandangan ganda itu kalau misalnya, melihat duit 100 ribu jadi 200 ribu. Sampai orangnya pusing karena terjadi peradangan hebat. Maka dilakukan terapi juga,” katanya.
|Baca Juga: Penyintas Kanker Payudara Bisa Lakukan Rekonstruksi untuk Kembalikan Rasa Percaya Diri
Kendati demikian, masalah mata itu juga berasal dari tiroid itu sendiri. Ia mengatakan, “Akar masalahnya tiroid itu juga perlu ditngani dokter endokrinologi yang khusus menangani tiroid. Sehingga butuh perawatan komperhensif.”
Alia mengungkapkan, penyakit mata tiroid sebaiknya ditangani sedini mungkin guna mencegah semakin parah kerusakannya.
“Jika ada gejala sisa permanen akan berat. Jadi lebih baik deteksi dini mata tiroid,” kata Alia.
Referano menambahkan, pemeriksaan rutin semakin krusial untuk membantu penanganan mata tiroid sesegera mungkin.
“Apabila kondisi penyakit tiroid dan mata tiroid terdiagnosis lebih awal, sangat mungkin perkembangannya diperlambat sebelum memberi dampak yang memburuk, termasuk turunnya ketajaman penglihatan sampai kebutaan,” pungkasnya.
Referano mengungkap, sebagai yang pertama di Indonesia, JEC Thyroid Eye Center menawarkan layanan terpadu mata tiroid guna membantu pasien mendapatkan kesembuhan optimal. “JEC Thyroid Eye Center memiliki gabungan tim dokter antara dokter spesialis penyakit dalam konsultan endokrinologi untuk penanganan kelainan tiroid yang berpadu dengan dokter spesialis mata dalam terapi kelainan mata tiroid dengan didukung oleh fasilitas teknologi yang terkini seperti laboratorium, skrining, USG, serta berbagai fasilitas diagnostik lengkap mata lainnya sehingga terapi dapat secara komprehensif dilakukan untuk membantu pasien,” bebernya.
Hadir perdana di RS Mata JEC @ Menteng, JEC Thyroid Eye Center diperkuat gabungan tim dokter spesialis penyakit dalam konsultan endokrinologi dengan tim dokter spesialis mata yang bekerja sama secara komprehensif menangani kelainan hormon tiroid dan gangguan mata tiroid.
|Baca Juga: Waspadai Gejala Demam Berdarah Dengue Pada Anak-Anak
Dari sisi sumber daya manusia, JEC Thyroid Eye Center diperkuat 11 dokter spesialis mata dan dua dokter konsultan endokrinologi penyakit dalam. Sementara, dari segi teknologi, layanan terbaru JEC ini melibatkan fasilitas pendukung, mencakup laboratorium, skrining, USG, serta pemeriksaan diagnostik mata lengkap seperti pemeriksaan luas lapang pandang, OCT, foto fundus, serta pemeriksaan penunjang lainnya.
Referano menegaskan, manifestasi gangguan tiroid bisa terlihat melalui organ mata – dengan kisaran 40 persen. “Karenanya, ‘pemeriksaan rutin’ semakin krusial untuk membantu penanganan mata tiroid sesegera mungkin. Apabila kondisi penyakit tiroid dan mata tiroid terdiagnosis lebih awal, sangat mungkin perkembangannya diperlambat sebelum memberi dampak yang memburuk, termasuk turunnya ketajaman penglihatan sampai kebutaan,” tandasnya. (*)
Tags:Gejala Mata Tiroid Picu Kebutaan