By: Agnes
1 July 2024

Serial monolog ‘Di Tepi Sejarah’ memasuki musim ketiga yang menghadirkan lima cerita tokoh sejarah. Menampilkan kisah dari Oto Iskandar Dinata dengan mengambil sudut pandang istrinya, yaitu Raden Ajeng Soekirah yang diperankan oleh Maudy Koesnaedi.

Lalu, juga ada Ruhana Kuddus seorang pejuang kaum perempuan, Francisca Casparina sebagai seorang diplomat yang aktif berjuang pasca kemerdekaan. Lainnya, Tan Tjeng Bok yang merupakan seniman multitalenta yang kiprah seninya bertahan melewati tiga zaman. Lalu, Tirto Adhi Soerjo, seorang tokoh pers dan tokoh kebangkitan nasional Indonesia.

Maudy Koesnaedi turut berpartisipasi dalam serial monolog ‘Di Tepi Sejarah’ musim ketiga dengan pementasan bertajuk ‘Suamiku Otto & Bel Pintu’.

Maudy bercerita pementasan ini jadi momen yang paling menantang karena disutradarai oleh cucu dari mantan Menteri Negara, Nia Dinata.

| Baca Juga: 7 Potret Putra Maudy Koesnaedi ini Bikin Gadis Terpana

“Sebelum ditawari lakon ini, saya sudah membaca buku biografi Si Jalak Harupat, dan ketika diminta buat meraninnya senang banget. Ketika dibaca ulang, ternyata Bu Sukurah ini orang Jawa, saya sampai belajar banget sama anaknya Teh Nia,” katanya saat ditemui di Fx Sudirman, Jakarta Pusat, pekan lalu.

Dalam pentas ini, Maudy baru merasakan sebuah ujian di dunia akting. Tuntuan Nia Dinata dan Happy Salma dari Titimangsa sangat tinggi. Aktis 49 tahun ini harus memakai kebaya dan melakoni adegan mulai hamil sampai tidak hamil.

Selain itu, butuh waktu dua menit untuk ganti kebaya, memasang perut hamil sampai adegan menggendong bayi. Meski ini bukan pentas pertamanya, Maudy sempat meragukan kapasitas dirinya jadi istri sosok pahlawan nasional tersebut.

“Jadi kayak semua dalam kondisi sigap, keluar dari panggung dalam waktu 2 menit. Tekniknya gimana bisa dipasang dengan cepat, tapi menyenangkan sekali,” ungkapnya.

| Baca Juga: 20 Tahun Dirahasiakan, Maudy Koesnaedi Beberkan Foto Pernikahan Aslinya

Setiap kali usai latihan dan pas di-breakdown lagi, Maudy mengaku sampai nangis, membayangkan posisinya jadi RA Soekirah. Ditinggal suaminya di masa revolusi sampai tidak jelas jasad suaminya di mana.

“Saya sampai nangis, gak bisa kebayang punya 12 anak, bayi, dan anak-anak masih kecil-kecil. Disatroni saban hari dengan senapan. Saya benar-benar belajar banyak dari tokoh tersebut buat jadi seorang yang gigih dan kuat,” tukasnya.

Tags:

Leave a Reply